Kamis 19 Feb 2015 15:40 WIB

Wisatawan Cina Rayakan Imlek ke Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Damanhuri Zuhri
Pantai di Bali, ilustrasi
Foto: viewnature
Pantai di Bali, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wisatawan mancanegara asal Cina terlihat ramai menikmati liburan imlek di Pulau Dewata. Hal itu terlihat di Vihara Satya Dharma, Denpasar, vihara terbesar di Bali.

Berdasarkan pantauan Republika, Kamis (19/2), para wisman yang terdengar melakukan percakapan dalam bahasa Mandarin itu mulai meramaikan rumah ibadah tersebut sejak pagi.

Lima orang pecalang -petugas keamanan dari desa adat- membantu aparat polisi lalu lintas mengendalikan arus kendaraan yang memadati perempatan Tol Bali Mandara.

Mereka terlihat melakukan aktivitas persembahyangan, yaitu berdoa sembari membakar dupa. Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya sudah memproyeksikan Bali akan ramai dengan wisman asal Negeri Tiongkok itu.

"Kedatangan mereka dalam rangka liburan imlek setiap tahunnya rata-rata meningkat 12 persen," kata Ngurah Wijaya di Denpasar, Kamis (19/2).

Menurutnya, wisman Cina merupakan turis potensial untuk mendongkrak tingkat kunjungan wisman ke Bali yang ditarget mencapai empat juta orang tahun ini. Namun, wisman Cina masih termasuk dalam kategori mass tourism, belum medium atau high tourism.

Hal tersebut terlihat dari rata-rata pengeluaran yang mereka habiskan selama berwisata yang masih di bawah 100 dolar AS dengan masa tinggal dua sampai tiga hari. Cina memiliki potensi outbond tourists mencapai 100 juta orang setiap tahunnya.

Perayaan Imlek 2566 di Bali juga terlihat di sejumlah pusat perbelanjaan. Di Mall Bali Galeria misalnya, panitia mengadakan ajang fashion show busana imlek khusus anak-anak balita yang mulai digelar pukul 15.00 WITA.

Pusat keramaian itu dipenuhi pengunjung yang rata-rata mengenakan kostum merah dan kuning emas, warna khas imlek.

Tahun 2015 dalam budaya Cina dikenal dengan tahun kambing kayu. Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika dijumpai sebelumnya mengatakan Bali memiliki kedekatan secara psikologis dengan Cina sehingga keduanya bisa dianggap keluarga.

"Hal itu dibuktikan adanya cerita tentang kerajaan yang dipimpin Raja Jaya Pangus - salah seorang raja di Bali - yang memiliki permaisuri bernama Kang Cing Wi," kata Pastika di Kartika Plaza, Kuta.

Selain itu, kata Pastika, penggunaan uang kepeng dan hio atau dupa pada setiap upacara keagamaan di Bali merupakan bentuk lain dari pengaruh budaya Cina di Bali. Ia juga mengucapkan selamat tahun baru imlek kepada masyarakat Bali keturunan Tionghoa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement