REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR--Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Selatan meminta agar isu keberagaman yang terbingkai dalam faham pluralisme dikawal dengan profesionalisme media.
"Masih banyak orangtua kami yang tidak mau dipanggil orang 'Cina'. Kata 'Cina' ini menjadi sesuatu yang tabu hanya karena kalangan media pernah mempopulerkan kata ganyang Cina di masa lalu," ungkap inisator FKUB Sulawesi Selatan Yonggris Lao, Rabu (18/2).
Menurut Yongris, peranan media sangat penting dalam mengangkat topik keberagaman ke masyarakat, bahkan karya mereka mampu menentukan sikap publik.
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Sulsel ini menilai, media sebaiknya bisa mengedepankan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran kerukunan antaretnis, agama maupun golongan lainnya.
"Sebaiknya jurnalis bisa mengedepankan profesionalisme dalam menjalankan tugas. Tidak membawa stereotipe yang negatif," lanjut dia.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Komite Perlindungan Jurnalis dan Kebebasan Berekspresi (KPJKB) Upi Asmaradhana menjelaskan, newsroom media saat ini sudah banyak yang menggunakan paham jurnalisme damai dalam mengawal isu-isu pluralisme.
"Isu pluralisme sudah tidak terlalu seksi. Newsroom bukannya tidak peduli dengan isu keberagaman ini. Tetapi mereka lebih berhati-hati karena isu ini rentan menimbulkan konflik," kata dia.
Aktivis Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) pusat ini menegaskan, undang-undang pers dan kode etik sudah mengatur agar jurnalis tidak mempublish etnis, suku, agama dan identitas tertentu dalam mengabarkan sebuah peristiwa.
Seorang jurnalis juga harus mengetahui kode etik, karena dengan mengetahui kode etnik itu, mereka akan paham dengan profesi mereka.
"Kerja jurnalistik tanpa kode etik, jelas sudah bukan jurnalis profesional,” tegasnya.
Sosiolog Hurriah Ali Hasan mengatakan, sebuah media memang mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pola pikir masyarakat. Baik menuju dalam perdamaian dan kemajuan atau justru memperkeruh sebuah konflik.
Wanita yang sempat bekerja sebagai wartawan ini juga menyayangkan sikap media saat ini yang cenderung memicu konflik. Baik di bidang politik maupun keberagamana agama atau sebuah suku.
"Seharusnya sebuah media bisa menjadi tempat untuk memberikan informasi hingga menenangkan masyarakat," ungkap dia.
Untuk itu, Hurriah sangat berharap seorang jurnalis baik mulai dari mereka yang turun di lapangan hingga redaktur atau pimpinan media bisa memberikan pemberitaan yang berimbang dan tidak menimbulkan konflik yang merugikan banyak pihak terutama masyarakat kecil.