Selasa 17 Feb 2015 23:36 WIB

Yogyakarta Berencana Kembangkan Kawasan Bergaya Eropa

Tugu Yogyakarta
Foto: Antara/Noveradika
Tugu Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta menyiapkan kajian terhadap bangunan bergaya Eropa yang tersebar di wilayah tersebut sebagai upaya penyusunan "guide line" pengembangan bangunan atau kawasan.

"Kami akan mencoba menginventarisasi atau memetakan bangunan-bangunan bergaya Eropa dan arsitektur turunannya yang ada di Yogyakarta," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Edy Muhammad di Yogyakarta, Selasa (17/2).

Menurut dia, kajian tersebut dilakukan karena bangunan bergaya Eropa turut mewarnai sejarah pertumbuhan Kota Yogyakarta bahkan gaya arsitektur Eropa turut mempengaruhi ornamen-ornamen bangunan Keraton Yogyakarta. Ia berharap dari kajian yang dilakukan itu akan diperoleh semacam aturan yang bisa digunakan sebagai acuan saat ada warga atau pihak lain yang akan melakukan penambahan atau pembangunan bangunan baru di sekitarnya sehingga bangunan baru harmonis dengan bangunan lama.

"Bisa saja bangunan baru yang nantinya dibangun tidak menggunakan arsitektur khas Eropa tetapi bangunan minimalis namun semuanya harmonis dan justru bisa menonjolkan bangunan lamanya," katanya. Ia mencontohkan bangunan yang sudah memadukan gaya arsitektur Eropa dengan gaya arsitektur baru adalah komplek gedung Bank Indonesia di Jalan Senopati Yogyakarta.

"Tidak terlihat perbedaan yang mencolok antara bangunan lama dan baru, tetapi justru saling menguatkan karena terlihat harmonis dan menyatu," lanjutnya.

Bangunan arsitektur Eropa yang ada di Kota Yogyakarta banyak berada di kawasan Kotabaru dengan gaya arsitektur Indies. Namun, ada pula bangunan gaya Eropa yang menggunakan arsitektur Klasik dan Artdeco.

Edy menambahkan hasil kajian tersebut juga mendukung konsep pengembangan kampung wisata di Kota Yogyakarta yang di dalamnya mencakup wisata kerajinan, kesenian, kuliner termasuk keunikan kawasan dilihat dari arsitektur bangunan yang ada di kampung tersebut.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Sarana Prasarana Tata Ruang Bappeda Kota Yogyakarta Teguh Setiawan mengatakan, tidak akan membatasi objek kajian pada bangunan cagar budaya atau bangunan warisan budaya.

"Jika ada pembatasan, mungkin saja hasilnya tidak maksimal karena belum tentu bangunan bergaya arsitektur Eropa itu masuk bangunan cagar budaya atau warisan budaya," katanya.

Di dalam kajian tersebut akan diinventarisasi lokasi bangunan, gaya arsitektur, tahun pembuatan, hingga fungsi bangunan saat dibangun dan fungsinya saat ini. Kajian akan dilakukan selama sekitar tiga hingga empat bulan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement