Ahad 15 Feb 2015 18:10 WIB

,Dunia Tanpa Islam Tetap Masih Tetap Terjadi Konflik

Rep: mj02/ Red: Agus Yulianto
Kota Beirut yang dilanda konflik.
Foto: AP
Kota Beirut yang dilanda konflik.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG - Islam selama ini diklaim sebagai pembawa teroris dan masalah. Banyak persepsi, terutama dari kalangan barat, dunia akan aman dan sejahtera tanpa adanya Islam.

Persepsi tersebut dibahas dalam diskusi buku "Apa Jadinya Dunia Tanpa Islam" yang ditulis oleh Graham E Fuller di Pekan Literasi KAA 2015 pada Ahad (15/2). Graham E Fuller mengatakan melalui video, Jika Islam tidak ada tetap terjadi ketegangan antara timur tengah dan barat. Karena bukan agama yang menyebabkan konflik, tetapi karena geopolitik. "Bukan karena agama. Kemarahan-kemarahan barat tidak ada hubungannya dengan agama," ujar Fuller.

Menurut Dosen Teologi dan Filsafat Universitas Parahyangan Fransiskus  Borgias, Pemaparan Fuller dalam buku ini sangat lugas. Terutama tentang dunia yang akan tetap ada konflik meskipun tak ada Islam.

Contohnya saja, kata Frans, pada awal mula terjadinya perang  memang bukan karena masalah agama. Seperti konflik antara orang Yahudi dan Kristen awal. Begitupun dengan orang Yunani Ortodok dan Roma yang konflik karena penggunaan nama Roma.

Solusi dari masalah perpecahan yang kita hadapi ini, kata Frans, adalah dengan melakukan dialog antar generasi. "Pertemuan seperti ini membuka cakrawala yang luar biasa," ujarnya.

Frans berharap akan muncul buku lain yang membahas apakah jika seluruh penduduk dunia ini beragama Islam tidak akan terjadi konflik. "Buku ini tidak menjawab pertanyaan ini. Saya berharap akan ada yang menulis tentang ini," kata Frans.

Begitupula dengan Penggagas Peace Generation Irfan Amalee. Ia merekomendasikan khalayak untuk membaca buku ini. "Buku ini membuka kita untuk melihat sejarah yang tidak disalahpahami dan merupakan jawaban untuk orang Islam dan orang barat dalam melihat islam," kata Irfan.

Irfan mengatakan, ada kesalahan cara pandang orang terhadap Islam. Yaitu, karena melihat segala sesuatu menjadi hitam putih. Seperti perang salib, yang tergambar adalah perang antar agama. Padahal bukan.

Kesalahan kedua, kata Irfan, yaitu cara menilai kita secara zoom out (jauh). Bagaimana orang Islam salah melihat agamanya sendiri. Pada masa-masa awal Islam, tidak ada agenda untuk mengislamkan dunia. Nabi Muhammad pun tetap membiarkan orang kristen, yahudi, dan munafik tinggal di Madinah. "Islam datang bukan untuk mengislamkan semua orang, tetapi untuk rahmat lil alamin," ujar Irfan.

Langkah damai sekarang, kata Irfan, adalah menegakkan keadilan yang berstandar internasional. Keadilan seperti pada  zaman Umar bin Khaththab di mana semua orang merasa damai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement