Ahad 15 Feb 2015 08:52 WIB

Hadapi MEA, Pemkab Bandung akan Revitalisasi Pasar Tradisional

Rep: C80/ Red: Bayu Hermawan
Pemkab bandung
Foto: wikipedia.org
Pemkab bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung akan merevitalisasi pasar-pasar tradisional. Hal tersebut dilakukan agar para pedagang dapat bersaing dengan pasar-pasar modern yang semakin menjamur, sebab pada tahun ini merupakan awal dari dibukanya keran Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Oleh karena itu, Pemkab meminta para pedagang di Pasar Banjaran dan Soreang yang akan direlokasi tidak perlu mengkhawatirkan soal pasar sementara. Sebab, pasar tradisional yang ada di kabupaten Bandung saat ini sudah tidak lagi representative atau layak untuk bisa bersaing.

Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung, Popi Hopipah mengatakan pemerintah telah memikirkan lokasi untuk pasar sementara. Sehingga, Jangan sampai gara-gara meributkan masalah relokasi, rencana revitalisasi menjadi terhambat.

"Tidak perlu mempersoalkan pasar sementara. Kami juga akan menyediakannya, tapi nanti jika lelangnya sudah selesai. Lagi pula, saat proses lelang dilakukan sampai pembangunan itu akan memakan waktu lama. Jadi tidak akan langsung direlokasi ke pasar sementara. Kalau sekarang saya belum bisa sebutkan, tapi pasti ada," jelasnya.

Popi juga meminta, agar tidak ada pihak –pihak ataupun kelompok tertentu yang memperkeruh suasana. Apalagi sampai menghembuskan isu negative.

Sebab, kata dia, tujuan dari revitalisasi ini adalah untuk meningkatkan derajat atau daya saing para pedagang. Sehingga, nantinya mereka bisa bersaing diera pasar global seperti Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

"Kalau pedagang bersikukuh dengan hal-hal seperti itu. Kapan kita mau maju, sementara persaingan global telah sudah didepan mata. Jangankan pasar global, saat ini saja pasar tradisional saja kalah bersaing oleh pasar modern yang menjual barang serupa," katanya.

Ia melanjutkan, di waktu mendatang kedua pasar tersebut akan dibuat senyaman mungkin. Jika sebelumnya berbagai  jenis dagangan bercampur jadi satu. Saat sudah di revitalisasi akan terpisah.

"Kalau sekarang kan campur aduk. Antara pedagang sayuran, pakaian, daging dan lainnya. Selain itu, tidak akan lagi kumuh, bau dan sempit. Makanya nanti akan menggunakan system zonasi," jelasnya.

Apabila pasar-pasar tersebut telah direvitalisasi, pasar tradisional bisa tampil representative. Sehingga, diharapkan mampu bersaing dengan pasar modern dan tantangan MEA. Meskipun demikian, untuk mengarah kesana harus mendapat dukungan semua pihak.

"Seperti untuk Pasar Soreang, tidak ada pembebasan lahan. Tapi membangun kembali di tempat yang eksisting. Karena kalau membebaskan lahan lagi biayanya mahal. Nanti yang kerepotan pedagang lagi harganya jadi mahal," ujarnya.

Meskipun, diakui Popi, sampai saat ini rencana revitalisasi kedua pasar tersebut belum disosialisasikan. Namun dipastikan, berjalan tahun ini. Karena kebutuhannya sudah mendesak.

Sementara itu, Wakil ketua Ikatan Warga Pedagang Pasar Banjaran (Iwapa), Eman mengatakan. Munculnya rencana Diskoperindag tersebut kurang mendapat respon dari pedagang. Sebab sampai saat ini belum ada sosialisasi yang dilakukan pemerintah kepada para pedagang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement