Ahad 15 Feb 2015 00:07 WIB

Kebijakan Konservasi Bambu Berpotensi Atasi Banjir

Sejumlah kendaraan melintasi banjir yang menggenangi kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (11/2).   (Antara/Vitalis Yogi Trisna)
Sejumlah kendaraan melintasi banjir yang menggenangi kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (11/2). (Antara/Vitalis Yogi Trisna)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga swadaya masyarakat Yayasan Keanekaragaman Hayati mengusulkan pemerintah mendorong kebijakan konservasi bambu sebagai solusi yang berpotensi mengatasi banjir di Jakarta dan wilayah sekitarnya.

"Konservasi bambu di sepanjang Daerah Aliran Sungai Ciliwung bisa menjadi salah satu alternatif pencegahan banjir jangka panjang," kata Officer Eksosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Yayasan Keanekaragaman Hayati, Basuki Rahmad, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (14/2).

Menurut Basuki Rahmad, jika pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan semua restoran dan penyedia makanan dilarang menggunakan bahan 'stereoform' dan menggantinya dengan boks makanan dari bambu, maka penduduk desa-desa sekitar Sungai Ciliwung akan bergairah menanam bambu.

Sementara itu, ujar dia, masyarakat di sekitar Kali Ciliwung juga dinilai bakal mendapatkan penghasilan tambahan dari hasil menanam bambu serta tetap terlindunginya daerah aliran sungai.

Saat ini, lanjutnya, Yayasan Keanekaragaman Hayati telah bekerja sama dengan berbagai mitra, menanam bambu di sekitar daerah aliran sungai, guna mencegah banjir dan erosi.

Presiden dinilai harus mampu membuat kebijakan terpadu dari hulu sampai hilir yang melibatkan pemerintah DKI Jakarta dan kota-kota satelitnya untuk dapat melindungi Ibu Kota dengan kebijakan yang tidak hanya mendorong konservasi tetapi memiliki nilai ekonomis.

Sebagaimana diberitakan, banjir dan banyaknya genangan yang terjadi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya karena kapasitas drainase yang terdapat di kawasan ibu kota tidak memadai dalam menampung curah hujan berintensitas tinggi.

"Fakta-faktanya adalah hujan yang turun Minggu (8/2) malam sampai Senin (9/2) sore adalah curah hujan yang sangat tinggi," kata Plt Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mudjiadi dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (13/2).

Menurut dia, tingkat curah hujan yang paling tinggi tercatat di kawasan Jakarta Utara seperti di Tanjung Priok yang konsentrasi curah hujan hingga di atas 360 mm.

Sedangkan di tempat lain tercatat seperti di Setiabudi sebesar 220 mm dan di Krukuthulu sebesar 190 mm. Sementara hujan yang jatuh di sekitar Katulampa hanya 77 mm dan di Bogor 60 mm.

Mudjiadi mengungkapkan, kapasitas drainase Jakarta diperkirakan hanya bisa menanggulangi hujan 80-100 mm. "Meski dalam keadaan bagus, drainase tidak akan mampu menampung itu, pasti akan ada genangan," katanya.

Ia juga menyorot masih banyaknya daerah resapan yang sekarang telah menjadi pembangunan gedung seperti kawasan perkantoran dan mal atau pusat perbelanjaan.

Berdasarkan perintah Presiden Joko Widodo, maka Mudjiadi mengemukakan bahwa sudetan ciliwung ke kanal banjir timur diperkirakan bakal selesai sebelum musim hujan mendatang atau sekitar Oktober-November 2015.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement