REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR-- Populasi anjing liar di Bali terbilang mengkhawatirkan dalam hal penyebaran penyakit, khususnya rabies. Kepala Dinas Peternakan Bali, I Putu Sumantra mengatakan populasi anjing di Bali diperkirakan hampir mencapai 500 ribu ekor.
Jumlah ini setara dengan sepederlapan total penduduk Bali yang mencapai empat juta jiwa. Di Bali, banyak anjing liar tanpa pemilik yang dibiarkan berkeliaran menyebarkan penyakit. Maka itu, Dinas Peternakan Provinsi Bali menargetkan untuk memvaksin sekitar 380 ribu ekor anjing tahun ini.
Anggaran yang disiapkan sekitar Rp 6,18 miliar. Rinciannya, dua miliar rupiah untuk vaksin rabies, sedangkan sisanya untuk kegiatan operasional dimasing-masing kabupaten dan kota.
"Potensi masyarakat digigit anjing yang masih rabies di Bali sangat besar. Makanya, kami mengimbau semua masyarakat yang memelihara anjing untuk memvaksinasi hewan peliharaannya," kata Sumantra dijumpai Republika dalam rapat kerja di Kantor Gubernur Bali, Denpasar baru-baru ini.
Vaksinasi massal anjing di Bali, kata Sumantra akan dilakukan sekitar Maret-Juni 2015. Pemerintah provinsi saat ini masih memiliki stok 70 ribu vaksin, sedangkan sisanya akan diperoleh dari pengadaan tahun ini.
Di kesempatan berbeda, seorang warga negara Prancis bernama Laurent Simonpietri menyoroti penanganan anjing liar di Bali. Dalam surat terbukanya, Simonpietri mengaku mendapatkan informasi sebanyak 99 anjing liar diracun akhir tahun lalu di Bali.
Dia juga meminta pemerintah daerah agar bekerjasama dengan organisasi perlindungan binatang dan spesialis kesehatan manusia dan binatang untuk menemukan solusi penanganan rabies yang berkelanjutan di Bali. Simonpietri mengancam jika praktik pembantaian anjing ini berlanjut, maka dirinya tak akan mengunjungi Indonesia.