REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -– Kekuatan kemauan dan kesadaran kolektif yang mendorong para pemuda melahirkan Sumpah Pemuda dan menggunakan nama Indonesia sebagai tanah air, bangsa dan bahasa pada tahun 1928 lalu. Melalui "kekuatan kemauan" yang didasarkan oleh rasionalitas itulah Indonesia dibangun.
Hal itu disampaikan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak dalam acara Stand Up for Harmony dalam rangka World Interfaith Harmony Week 2015 di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, 62 Jakarta Pusat, kemarin. "Perbedaan dibangun melalui harmoni, dan harmoni itu dirawat melalui rasionalitas yang terjaga. Maka disharmony dan intoleransi selalu hadir ketika rasionalitas digerus oleh syahwat politik dan kepentingan kelompok," kata Dahnil.
Selain itu, merawat harmoni keindonesiaan yang dihiasi dengan sikap saling hormat antar umat beragama harus dimulai dengan membangun dialog yang tidak berpura-pura. "Tetapi dialog dari hati ke hati, dialog saling memahami membangun mutual respect, mutual understanding antarumat beragama," ujar Dahnil, yang juga President Religions for Peace Asia and Pacific Youth Interfaith Network (RfP-APYIN).
"Nah, Pemuda Muhammadiyah akan selalu berdiri di depan untuk mengawal agenda harmoni antara umat beragama di Indonesian," kata ekonom Untirta yang akrab disapa Anin ini.