REPUBLIKA.CO.ID, JATINANGOR – Masih banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan program Millenium Development Goals (MDGs). Dari 63 indikator MDGs tahun 2013, tercatat sebanyak 13 indikator sudah dicapai, 35 indikator diperkirakan bisa tercapai, dan 15 indikator belum tercapai.
Direktur Agama, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Theresia Ronny Andayani mengatakan, peran pemuda sangat dibutuhkan guna meningkatkan keberhasilan MDGs. Ditemui seusai acara National Leadership Summit 2015 diselenggarakam Center for Indonesian Medical Students Activities (CIMSA) di Lembaga Aparatur Negara, Jatinangor, Theresia menjelaskan, ada beberapa goals MDGs yang memerlukan peran pemuda.
“Di antaranya pada goals keempat sampai keenam,” ujarnya, Jumat (13/2). Yakni menyangkut menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesejahteraan ibu, dan membantu pencegahan AIDS, malaria, dan penyakit lainnya.
Dalam acada tersebut, Theresia menantang pemuda CIMSA untuk melakukan kegiatan yang bisa meningkatkan MDGs. Caranya dengan membina dan mendampingi ibu hamil hingga anaknya lahir dan berusia dua tahun. Kedua, melakukan pendampingan gizi bagi remaja. Ketiga, melakukan kampanye pencegahan atau penanggulangan penyakit menular.
Tak hanya CIMSA, kata Theresia, pemuda lain pun bisa ikut terjun melakukan kegitan tersebut. CIMSA, pun bisa dijadikan sebagai pionir untuk menggerakan pemuda lain meningkatkan keberhasilan MDGs, terutama pada goals keempat hingga keenam.
Alasan mengapa pemuda sangat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan MDGs, Theresia memaparkan, karena mereka merupakan penggerak bangsa. Nantinya, pemuda akan terjun langsung ke masyarakat dan melihat realita sebenarnya.
“Tujuannya juga agar pemuda bisa menurunkan egonya, punya rasa memiliki, kepedulian, dan kebersamaan,” ucapnya.
Ide-ide kreatif dari para pemuda pun bisa menunjang terlaksananya Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019. Rencana tersebut bertujuan untuk memperkuat semua aspek pembangunan. Dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi yang berdasarkan pada ketersediaan sumber daya alam dan manusia.
“Konkretnya, pembuatan regulasi agar tenaga kerja bisa diserap, memperluas manufaktur agar nilai jual barang jauh lebih tinggi, serta membeli barang-barang buatan Indonesia,” kata Theresia.