Kamis 12 Feb 2015 06:00 WIB

Berkaca dari Duel @Panca66 dan @Redinparis

Foto duel yang diunggah akun akun ?@ypaonganan.
Foto: akun twitter ?@ypaonganan
Foto duel yang diunggah akun akun ?@ypaonganan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy

 

Kemarin, media sosial dihebohkan dengan kabar perkelahian antara dua pemuda yang bermula dari perdebatan politik di Twitter. Adalah pria dengan nama akun @panca66 dan @redinparis yang adu gelut setelah di Twitter terlibat kemelut. 

 

Dari perang kata-kata di dunia maya, kedua pemuda memutuskan untuk perang sesungguhnya di dunia nyata. Keduanya lantas berjanji untuk bertemu di kompleks olahraga Istora Gelora Bung Karno. 

 

Duel pun disepakati. Aturannya dibuat berdasarkan kesepakatan antara dua pria dewasa. Duel dengan tangan kosong, satu lawan satu, dan berhenti bila ada yang mengaku kalah. 

 

Ibarat duel tinju, yang bertarung hanya dua pria. Sedangkan rekan @panca66 dan @redinparis hanya bisa jadi wasit dan suporter untuk memberi semangat. 

 

Mengenakan kaus hitam, @panca66 mendatangi @redinparis  yang sudah lebih dahulu tiba di sudut arena di depan Istora. Setelah saling sapa, keduanya pun saling lepas bogem mentah. 

 

Bak..buk...bak....buk.. Perkelahian tangan kosong kedua pemuda berlangsung cepat. Lepas dua menit duel berlangsung, @panca66 berhasil merobohkan @redinparis. Duel kedua pemuda ini pun berhenti karena teman dari kedua kubu buru-buru melerai. 

 

Sengaja saya menulis kisah @panca66 dan @redinparis bukan untuk dicontoh apalagi dibanggakan. Sebaliknya, adegan-adegan yang tersaji di atas cukup sekali dan pertama terjadi dan diharapkan tak terulang lagi. 

 

Namun, apa yang terjadi antara dua pemuda ini sejatinya merupakan sebuah contoh realita yang kini meliputi bangsa. Saling caci dan maki. Menghina dan mencerca. Saling menyakiti dan melukai. Inilah penyakit yang menjangkiti bangsa kini. 

 

Apa yang terjadi antara @panca66 dan @redinparis sejatinya masih jauh lebih bermartabat. Keduanya sama-sama orang biasa. Keduanya pun tak memiliki banyak kuasa untuk menindas rivalnya. Dua-duanya bertangan kosong. 

 

Ini berbeda dengan duel terbuka yang terjadi antara oknum Polri dengan KPK. Memang belum ada aksi saling jotos antara kedua oknum penegak hukum itu. Tapi yang terjadi malah lebih parah dari sekadar aksi saling jotos. Ada pimpinan KPK diciduk secara paksa. Pimpinan KPK nonaktif Bambang Widjojanto (BW) yang hanya bermodalkan sarung, disergap polisi bersenjata lengkap. 

 

Duel pun terjadi setelah BW dijerat Polri atas kasus yang terjadi pada zaman "kuda gigit besi". Kasus yang belum terbukti tapi diri BW sudah diperlakukan bak napi. Apa yang terjadi pada BW ibarat pukulan yang diberikan oknum Polri. Sebelumnya oknum-oknum itu merasa lebih dahulu dipukul dengan penetapan calon kapolri Budi Gunawan (BG) sebagai tersangka oleh KPK. 

 

Pukulan bertubi-tubi pun dilancarkan kepada KPK setelahnya. Seluruh pimpinan KPK dilaporkan ke polisi. Tak hanya itu, pendukung KPK pun tak luput dari sasaran "pukulan." Bahkan juru bicara KPK ikut terkena imbasnya.

 

 Semua polanya sama, dilaporkan atas tudingan di masa lalu. Belum cukup sampai di situ, KPK juga dipukuli dengan gambar syur yang menyerupai wajah pimpinannya, Abraham Samad. Sejumlah ahli langsung menyatakan bahwa gambar-gambar itu adalah rekayasa. 

 

KPK lantas makin tersudut setelah sejumlah politikus PDI Perjuangan membuka kabar soal lobi politik yang dilakukan Samad pada Partai Moncong Merah. Benar atau tidak, semua hal itu yang jelas telah memperlemah posisi KPK. Satu hal yang pasti pula, pukulan-pukulan pada KPK datang secara bertubi, dengan alur yang senada, walau pelaku dan skenarionya berbeda.

 

Dalam sisi ini, saya tak ingin berdebat soal siapa pihak benar dan salah dalam kasus ini. Rasanya masyarakat sudah cukup cerdas untuk menjawabnya. Namun yang ingin saya bahas adalah komparasi antara duel oknum Polri vs KPK dengan Duel Istora, @panca66 vs @redinparis. 

 

Saya menilai Duel Istora, @panca66 dan @redinparis punya sisi yang jauh lebih terhormat. Walau keduanya berkelahi dengan alasan yang konyol, tapi perselisihan kedua pemuda ini lebih jujur dan terukur. 

 

Si @panca66 dan @radinparis walau dibakar emosi tinggi namun keduanya sekaligus menyimpan rasa saling percaya. @Panca66 dan @redinparis saling percaya bahwa tak ada yang akan berlaku curang. 

 

Bayangkan saja, kedua pemuda ini tak saling kenal tapi sudah saling berjanji dan saling menepati. Berjanji berkelahi dengan tangan kosong. Berjanji berkelahi satu lawan satu. Berjanji berkelahi dengan aturan yang disepakati bersama. 

 

Bayangkan bila salah satu dari kedua pemuda ini membawa pasukan bersenjata. Tapi keduanya nyatanya sudah lanjur percaya akan komitmen yang dibuat bersama. Beruntung pula karena teman @panca66 dan @redinparis yang datang, hadir untuk menengahi bukan untuk memperkeruh suasana. Sehingga teman yang hadir lantas melerai keduanya hingga ancaman luka yang parah pun bisa dihindari kedua pemuda. 

 

Sayangnya di kasus antara KPK dan Polri, belum ada yang berani melerai, termasuk kepala negara. Semua yang ada kini hanya sebatas penonton, aktor, maupun provokator.

 

 Presiden Jokowi hingga kini pun belum membuat keputusan tegas terkait kedua institusi. Padahal dengan ketegasan presiden bersikap, pergelutan antara oknum petinggi kedua institusi bisa segera berhenti. 

 

Yang disayangkan pula, pihak-pihak yang harusnya membantu melerai dalam kasus ini justru jadi aktor yang memperkeruh suasana. Politikus dan aparat hukum harusnya mendorong agar semua persoalan ini diselesaikan dengan jalur terhormat. Politikus dan aparat pun harusnya jadi juru damai dalam persoalan ini, bukan justru jadi aktor apalagi provokator. 

 

Ah, agaknya memang politikus dan aparat harus belajar banyak dari @panca66, @redinparis, maupun rekannya di Istora. Kembali soal duel antara kedua pemuda ini, belum ada tanda bahwa keduanya akan segera melakukan gencatan senjata usai Duel Istora. 

 

Yang jelas, baik @panca66 dan @redinparis kini panen komentar dukungan dan hinaan di Twitter. Salah satu masyarakat sempat meninggalkan komentar di akun @redinparis. "Kalah menang biasa om. yg penting tampil."

 

Ada pula yang berkomentar, "Malu malu ama otak!!! Kalo twitter ampe kelahi! Mending gak usah twittwar!! Balik zaman batu deh."

 

 Komentar masyarakat di akun @panca66 pun tak kalah seru. "Sebelum ketemuan (di Istora) jangan lupa sholat maghrib dulu dan baca doa sebelum melangkah. Biar berkah."

 

Ada lagi tweeps yang berkomentar, "Selamat untuk bung panca..anda layak dapat proton #ehh, ”

 

Walhasil, nasib @panca66 dan @redinparis usai Duel Istora pun sama, yakni jadi bahan lelucon satu Indonesia. Tak pelak duel dengan tangan dan otak kosong itu berakhir hasil draw (mudah-mudahan tak lanjut adu penalti).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement