REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menilai kesiapan masyarakat dalam mencegah bencana banjir masih rendah.
"Pengurangan risiko bencana di kalangan masyarakat masih rendah, buktinya saja setiap banjir, sampah menumpuk di pintu air Manggarai, ada kasur dan kulkas yang hanyut di sungai," ujar Sutopo, Rabu (11/2)
Ia menuturkan pengetahuan masyarakat terkait bencana telah meningkat, namun pencegahan bahaya ini tidak mereka budayakan dalam kehidupan sehari-hari.
"Larangan membuang sampah sembarangan sudah sangat sering diingatkan, pasti masyarakat sudah mengerti, namun tetap saja buang sampah ke sungai," katanya menambahkan.
Menurut dia, pemerintah daerah maupun pusat perlu lebih memperhatikan masalah ini agar masyarakat menjadi lebih tanggap terhadap segala bentuk pencegahan kemalangan, karena pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan salah satu penyebab bencana yang menghampiri ibu kota tersebut.
Menjadikan masyarakat tanggap bencana, lebih lanjut ia katakan, dapat membuat mereka kemudian tidak selalu bergantung pada bantuan pemerintah.
Selain itu, kerugian yang diakibatkan kemalangan ini akan berkurang, karena masyarakat sudah waspada dengan menyiapkan barang-barang mereka ketika potensi bencana diumumkan.
Hingga saat ini, jumlah kerugian akibat bencana banjir di Jakarta diperkirakan Rp1 triliun lebih, dimana angka tersebut dipertimbangkan dengan melihat terganggunya sejumlah aktivitas bisnis serta kegiatan masyarakat.
Menurut dia, potensi Jakarta mengalami banjir pada tahun ini telah diperkirakan hingga akhir Maret. Artinya, peningkatan jumlah kerugian sangat dimungkinkan terjadi.
Sebelumnya, kerugian yang ditimbulkan pada dua tahun banjir terparah di Jakarta mencapai Rp5 triliun pada 2014 dan Rp6,8 triliun pada 2007. Oleh karena itu, pemerintah diimbau segera mengedukasi masyarakat.
"Sebaiknya, bekal terkait usaha pengurangan risiko ini diupayakan dari jenjang Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) sehingga dapat merata," kata Sutopo.