REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah, Musni Umar mengapresiasi upaya Sultan untuk memberikan pencerahan, penyadaran kepada umat Islam kalau Keraton Yogyakarta sebagai tempat melanjutkan nilai-nilai Islam yang dibawa pada masa Khilafah Turki Utsmani.
Sampai saat ini, ujar Musni, Keraton Yogyakarta masih melaksanakan nilai-nilai Islam yang dibawa pada masa Khilafah Turki Utsmani. "Nilai-nilai itu antara lain kebersamaan, pembaharuan, kesetaraan, persamaan," ujarnya, Rabu, (11/2).
Di era modern, terang Musni, nilai-nilai ini harus dipraktekkan dengan kepedulian pemerintah memajukan masyarakat bawah atau wong cilik. Sebab dalam nilai Islam disebutkan Islam itu membawa pembaruan dan kemajuan bagi umatnya dan semesta alam.
"Kunci dari kemajuan adalah pendidikan. Pemerintah harus memutus rantai kemiskinan dan kebodohan dengan pendidikan."
Hal ini bisa dilakukan dengan pembentukan Komisi Beasiswa yang pelaksanaannya dipimpin oleh tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh sosial dan budaya. Dananya berasal dari APBD maupun dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari berbagai perusahaan.
Dana itu digunakan untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak miskin. Mereka disekolahkan sampai kuliah.
"Mereka diberi biaya hidup, termasuk uang makan, uang beli baju, dan beli buku. Namun mereka disekolahkan di luar kampung halamannya agar bisa mengenal dunia luar," kata Musni.
Misalnya, anak dari kampung di Yogyakarta disekolahkan di Jakarta, di Surabaya, di Sulawesi, di Sumatera. Mereka harus sekolah di luar kampungnya agar punya pengalaman mandiri dan belajar di dunia luar.
"Mereka ini dikirim untuk memotong lingkaran kemiskinan dan kebodohan. Ketika mereka kembali ke kampung halamannya mereka diharapkan bisa membawa pembaruan dan kemajuan."