Selasa 10 Feb 2015 14:21 WIB

BBM Naik Turun, JK: Harus Segera Tetapkan Harga Dasar

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Petugas mengisi BBM ke sejumlah kendaraan di salah satu SPBU di Jakarta, Ahad (1/2).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Petugas mengisi BBM ke sejumlah kendaraan di salah satu SPBU di Jakarta, Ahad (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar diperkirakan akan kembali turun pada bulan ini. Kendati demikian, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku pemerintah belum membahas terkait penurunan harga solar ini.

Menurut JK, pemerintah juga harus menetapkan harga dasar BBM agar kendaraan umum dapat memperhitungkan tarif angkutannya. Jika harga BBM sering berubah naik dan turun, kata JK, akan menyebabkan perhitungan harga keliru.

"Belum kita bicarakan. Tapi ini saya katakan tadi ada harga tertentu dimana basic price-nya ada agar tetap perhitungan angkutan itu diketahui dengan betul. Kalau terlalu banyak turun naik juga nanti kalkulasinya menjadi keliru," jelas JK di gedung Graha Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (10/12).

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmadja menyatakan harga solar kemungkinan akan kembali turun pada bulan ini. Penurunan harga solar ini berdasarkan harga MOPS (Mid Oil Platts Singapore, harga acuan Singapura) yang cenderung turun.

Penghitungan besaran harga BBM ini dilakukan tiap bulan sekali berdasarkan harga minyak dunia. Tahun ini pun disebut merupakan pertama kalinya pemerintah mendapatkan keuntungan dari penjualan BBM.

JK pun menilai hasil keuntungan dari penjualan BBM ini karena harga minyak mentah dunia yang semakin menurun. Hasil dari keuntungan penjualan BBM pun dikatakannya akan ditabung.

"Untuk itu jangan lupa hari ini untung karena harga turun, harga 45. Tapi apakah 45 akan bertahan selama beberapa bulan, pasti naik lagi kan. Ini tabungan untuk mencegah turun-naiknya begini," kata JK.

Menurutnya, keuntungan yang didapat oleh pertamina justru merupakan hal yang baik. Pasalnya, selama ini pertamina selalu merugi.

"Apa salah kalau Pertamina untung? Ndak kan, karena itu perusahaan negara selama ini justru rugi di subsidi. Sekali-kali dia," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement