REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Penderita Dengue Haemorrhagic Fever atau Demam Berdarah (DBD) di Kota Bekasi setiap tahunnya terus menurun.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kota Bekasi, Anthony D Tulak mengatakan, terjadi penurunan penderita DBD setiap tahunnya karena Puskesmas telah mampu menangani pasien yang terkena DBD.
"Puskesmas mampu menangani pasien yang terkena DBD, jadi mengurangi pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah," kata Anthony kepada Republika, Selasa (10/1).
Tercatat, penderita DBD mencapai 2196 orang pada tahun 2013. Di tahun 2014, jumlah penderita menurun, terhitung ada sebanyak 1746 penderita yang melakukan rawat inap di Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi. Memasuki tahun 2015, saat ini baru ada 63 orang yang melakukan rawat inap karena terjangkit DBD.
Antohny menegaskan, masyarakat harus rajin membersihkan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, masyarakat juga harus jeli melihat lokasi yang berpotensi dijadikan sarang nyamuk. Menurutnya, faktor utama penyebab DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti.
"Bersihkan tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, untuk mencegah demam berdarah," ujarnya.
Penyakit DBD memang cukup berbahaya. Bisa menimbulkan kematian bagi si penderita. Menurut Anthony, hal yang paling ditakutkan saat terkena DBD, ketika si pendertia shock akibat pendarahan. Ia menegaskan, banyak sekali terjadi kasus penderita DBD gagal nafas akibat shock saat terjadi pendarahan. Ketika mencapai tahap tersebut, biasanya dikasih cairan infus pun sudah tidak mempan.
"Oleh sebab itu masyarakat harus mengetahui gejala demam berdarah sejak dini agar bisa segera diobati," ujarnya.