Senin 09 Feb 2015 20:30 WIB

Tak Hanya Jadi 'Sampah', Karbon Dioksida Bisa Dimanfaatkan

Kepulan asap putih yang mengandung gas karbondioksida (CO2) terlihat di permukaan kawah Timbang dataran tinggi Dieng, Batur, Banjarnegara, Jateng.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Kepulan asap putih yang mengandung gas karbondioksida (CO2) terlihat di permukaan kawah Timbang dataran tinggi Dieng, Batur, Banjarnegara, Jateng.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Karbon dioksida (CO2) tidak hanya menjadi 'sampah' namun bisa dimanfaatkan sebagai gas injeksi dalam Enchanced Oil Recovery (EOR) di lapangan minyak agar bisa meningkatkan produksi minyak bumi.

"Sumber CO2 sangat melimpah, sehingga sangat merugikan jika gas CO2 dibuang ke udara. Selain itu adanya perjanjian Kyoto protocol mewajibkan negara maju dan beberapa negara berkembang untuk menurunkan emisi karbon sehingga dapat mengurangi efek gas rumah kaca," kata Chief of Reservoir and Production Unite Technology Center (UTC) Pertamina, Panji Sumirat pada Seminar Carbon Capture and Storage di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Senin (9/2).

Menurut Panji, selain sebagai gas untuk diinjeksikan pada EOR, CO2 juga dapat digunakan dalam pembuatan minuman soda, dan juga berperan dalam Clean Coal Technology. "Pada industri migas, CO2 dapat diterapkan sebagai salah satu dari metode peningkatan perolehan EOR dengan cara menginjeksikan zona C02, juga berguna pada industri peternakan, meskipun ini hanya bagian kecil," katanya.

Namun di Indonesia, kata dia pemanfaatan gas CO2 sebagai CO2 flooding belum dilakukan akibat sulitnya mencari lapangan yang memenuhi kriteria untuk dilakukan injeksi CO2.

Lebih lanjut Panji menyebutkan pertama carbon ditangkap dari fossil fuel power plant lalu carbon dipindahkan ke tempat penyimpaman dan disimpan di tempat yang aman. "Umumnya diperangkap geologi bawah permukaan lalu tempat penyimpanan dimonitor agar carbon tidak bocor ke udara bahkan meledak," katanya.

Carbon Capture and Storage merupakan teknologi untuk menangkap gas emisi CO2 yang salah satunya diproduksi oleh bahan bakar fosil.

Ia menyebutkan penelitian tentang CCS ini sudah dilakukan sejak tahun 2008 oleh Pusat Teknologi Lingkungan-TPSA bahkan di beberapa negara sudah banyak dikembangkan, sedangkan di Indonesia sudah berada dalam tahap pilot project.

"Khusus untuk injeksi karbondioksida, masih terbatas penggunaannya di negara yang sudah mampu menerapkan teknologi CCS yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa bagian barat dan Skandinavia," kata Panji Sumirat menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement