Ahad 08 Feb 2015 19:16 WIB
Kontroversi Mobil Nasional

'Apa Tepat Indonesia Alih Teknologi dengan Malaysia?'

Rep: C05 / Red: Ilham
Proton Suprima S
Foto: www.caradvice.com.au
Proton Suprima S

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mobil nasional (Mobnas) memasuki babak baru di tanah air. Hal itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara perusahaan mobil Malaysia, Proton dan perusahaan otomotif Indonesia, PT Adi perkasa Citra Lestari (ACL) di Shah Alam, Malaysia, Jumat (6/2).

Meski begitu, Wakil Ketua Komisi 6 DPR RI, Azam Azman Natawijana menyanksikan kerjasama tersebut. Terkait teknologi, dia mempertanyakan apa tepat Indonesia alih tekonologi dengan Malaysia. Idealnya, kata dia, kerjasama alih teknologi itu bermitra dengan negara yang satu tingkat lebih maju dibanding Indonesia. 

“Kalau teknologi mobil Malaysia saya pikir sama dengan Indonesia,” ujarnya. 

Azam mengatakan, aspek teknologi dan ekonomis merupakan dua hal yang harus dipikir secara mendalam sebelum melakukan langkah kerjasama. Dia lebih setuju jika Indonesia melakukan kerjasama alih tekonologi, dengan negara yang berpengalaman seperti Jepang, jerman, atau Prancis.

Secara ekonomi, kata dia, bagaimana prospek penjualan mobil itu saat dijual. Harus ada kajian mobil itu mobil itu bisa laku di pasaran. Apalagi, dia menambahkan saat ini pasar mobil di Indonesia telah dipenuhi oleh merek Jepang dan lainnya. “Jangan sampai proyek mobil nasional ini tak membawa keuntungan secara bisnis,” kata dia.

Sejauh ini, kata Azam, dirinya belum bisa menangkap jelas konsep kerjasama yang dibangun oleh Proton dan juga PT ACL. Dia masih belum tahu apakah kerjasama itu Business to Business atau arahnya ke mobil nasional. Jika arahnya kepada kerjasama swasta dirinya tak mempersoalkan. Tetapi jika ini menjadi cikal bakal mobil nasional dia tidak sepakat. 

“Soalnya teknologi mobil Malaysai menurut saya biasa biasa saja,” kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement