REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Dinobatkan menjadi kota termacet sedunia berdasarkan hasil survei start-stop index, seharusnya membuat Pemprov DKI Jakarta melakukan terobosan cepat untuk mengatasinya.
“Kebijakan yang dilakukan baru sebatas memindahkan kemacetan dari ruas jalan satu, ke ruas yang lainnya,” ungkap Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ahmad Zairofi, Ahad (8/2).
Zairofi menilai, Pemprov DKI Jakarta lamban dalam mengantisipasi meningkatnya kemacetan di Jakarta, seperti yang dijanjikan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama saat kampanye lalu akan selesai dalam waktu yang tidak lama.
Politikus PKS ini menyarankan agar Pemprov DKI menambah jumlah ruas jalan. Sekaligus semakin gencar melakukan penertiban parkir liar, perbaikan pelayanan dan pengadaan transportasi massal yang layak dan nyaman.
“Pemprov DKI juga harus intensif melakukan studi mengenai rekayasa lalu lintas yang dapat memperlancar arus kendaraan,” bebernya.
Wakil Ketua Umum DPW PKS DKI Jakarta ini menambahkan, sistem setoran yang diberlakukan perusahaan transportasi umum di Jakarta juga mengakibatkan supir angkutan sering tidak disiplin, yang mengakibatkan bertambah parahnya kemacetan.
“Karena harus kejar setoran, jadi mengabaikan ketertiban berlalu-lintas, belum lagi dengan pungutan liar dari oknum aparat di lapangan,” tegas Zairofi.
Dalam pendataan, survei start-stop index menghitung jumlah berapa kali serentetan kendaraan yang macet hingga berhenti dan kembali terurai (stop-start) per tahun. Hasilnya, Jakarta tercatat 33,240 stop-start pada tahun 2014. Sementara posisi kedua dan ketiga masing-masing diisi Kota Istanbul, Turki (32,520), dan Mexico City, Meksiko (30,840).