Sabtu 07 Feb 2015 22:09 WIB

Mobnas, Mengapa tak Jepang dan Jerman?

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Julkifli Marbun
 Pekerja memeriksa mobil-mobil yang siap di ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja memeriksa mobil-mobil yang siap di ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi PAN Hafisz Tohir menyayangkan mengapa dalam pengembangan mobil nasional pemerintah malah memilih Proton dari Malaysia. Padahal Proton adalah merk  Mitsubishi, Jepang yang  tahun 80-an dibeli Malaysia sebagai  bahan untuk memulai produk industri mobil dalam negeri.

Ia mempertanyakan mengapa Indonesia tidak berani mengambil teknologi yang lebih tinggi. "Misalnya langsung ke Jepang atau Jerman sekalian sebagai  cikal bakal perkembangan Indonesia mandiri dalam membuat mobil," katanya, Sabtu, (7/2).

Langkah Jokowi, ujar Hafisz, kurang efektif. Negara pasti akan mengeluarkan biaya yang tidak  sedikit sehingga akan kurang efisien dalam pembiayaan.

Apalagi, terang dia, sekarang perdagangan mobil sedang lesu. Harusnya Indonesia mengambil keuntungan dalam posisi saat ini terhadap industri otomotif teknologi tinggi.

Masih ada Jerman, Italia, Prancis dan Inggris yang  punya teknologi otomotif canggih. Mereka lebih baik dalam pengembangan teknologi mobil.

Terkait dengan nasib mobil Esemka, Hafisz mengatakan, lupakan saja Esemka karena itu bukan karya anak bangsa. "Jadi Esemka itu bukan karya anak bangsa tapi hanya  assembly saja."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement