REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi PAN Hafisz Tohir menyayangkan mengapa dalam pengembangan mobil nasional pemerintah malah memilih Proton dari Malaysia. Padahal Proton adalah merk Mitsubishi, Jepang yang tahun 80-an dibeli Malaysia sebagai bahan untuk memulai produk industri mobil dalam negeri.
Ia mempertanyakan mengapa Indonesia tidak berani mengambil teknologi yang lebih tinggi. "Misalnya langsung ke Jepang atau Jerman sekalian sebagai cikal bakal perkembangan Indonesia mandiri dalam membuat mobil," katanya, Sabtu, (7/2).
Langkah Jokowi, ujar Hafisz, kurang efektif. Negara pasti akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit sehingga akan kurang efisien dalam pembiayaan.
Apalagi, terang dia, sekarang perdagangan mobil sedang lesu. Harusnya Indonesia mengambil keuntungan dalam posisi saat ini terhadap industri otomotif teknologi tinggi.
Masih ada Jerman, Italia, Prancis dan Inggris yang punya teknologi otomotif canggih. Mereka lebih baik dalam pengembangan teknologi mobil.
Terkait dengan nasib mobil Esemka, Hafisz mengatakan, lupakan saja Esemka karena itu bukan karya anak bangsa. "Jadi Esemka itu bukan karya anak bangsa tapi hanya assembly saja."