Sabtu 07 Feb 2015 06:50 WIB

Menpar Arief Ingin Pariwisata Indonesia Salip Malaysia

Menteri Pariwisata Arief Yahya. (Republika/ Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Menteri Pariwisata Arief Yahya. (Republika/ Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Menteri Pariwisata Arief Yahya ingin industri pariwisata di Indonesia bersaing ketat dengan pariwisata di negeri tetangga Malaysia yang saat ini mempunyai nilai pertumbuhan tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang ke Malaysia mencapai 9,6 persen, meningkat dari angka 20,9 juta Wisman pada 2013 menjadi 22,9 juta Wisman pada 2014, ungkap Menpar Arief Yahya ketika menjadi pembicara pada acara ASEAN Summit for State-Owned Enterprises and Media di Batam, Jumat (6/2).

Sementara Indonesia pada 2014 hanya mencatatkan angka kunjungan wisman sebesar 9.435.411 atau tumbuh 7,2 persen dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebanyak 8.802.129 wisman.

Dengan angka pertumbuhan tersebut, Arief mengatakan industri pariwisata Indonesia sudah "sustainable" atau terus tumbuh karena lebih tinggi dari angka rata-rata pertumbuhan pariwisata dunia sebesar 4,7 persen. "Namun belum cukup kompetitif," kata Arief.

Agar kompetitif, pertumbuhan industri pariwisata indonesia harus mendekati kompetitor terdekatnya di regional ASEAN.

Sementara pemerintah menargetkan untuk menggaet 20 juta wisman pada 2019 nanti. "Walaupun sudah 20 juta, angka itu masih kalah dengan Malaysia," kata Arief.

Untuk mewujudkan target wisman pada 2019, tidak cukup hanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, namun pemeritah menyiapkan strategi yang harus dilakukan antara lain memperbaiki infrastruktur pariwisata, infrastruktur ICT (Information and Communication Technology), kebersihan dan higienitas serta mempermudah akses dan konektifitas ke daerah tujuan wisata, kata Arief.

Perbaikan infrastruktur diharapkan sekaligus akan mendongkrak daya saing pariwisata Indonsia di tataran global yang saat ini berada di ranking 70 ke ranking 30 dunia pada 2019 nanti.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement