Jumat 06 Feb 2015 16:47 WIB
Larangan pakaian impor bekas

Dokter Spesialis: Pakaian Bekas Impor Sebabkan Penyakit Kulit

Sejumlah pembeli memilih baju impor bekas di Pasar Kauman, Tulungagung, Jumat (7/3).
Foto: Antara
Sejumlah pembeli memilih baju impor bekas di Pasar Kauman, Tulungagung, Jumat (7/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dokter Spesialias Kulit dan Kelamin dari Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Hasan Sadikin Bandung Dendi Sandiono mengimbau agar masyarakat waspada terhadap virus yang bisa menyebabkan penyakit kulit dan kelamin pada pakaian bekas yang diimpor.

"Saya selaku dokter spesialis punya pandangan terkait larangan pakaian impor bekas yang sedang ramai saat ini. Jadi yang namanya pakaian bekas kita harus tetap waspada, bukan berarti tidak boleh (dibeli dan dipakai)," kata Deni Sandiono, dalam diskusi bersama wartawan di Bandung, Jumat (6/2).

Menurut dia, penyakit yang bisa dibawa oleh pakaian yang sudah tersimpan lama dalam sebuah tempat (pakaian impor bekas) itu bisa disebabkan oleh dari jamur dan bakteri, kutu badan dan kutu kemaluan atau kelamin,

"Malahan kalau di luar kalau sudah tahu baju bekas itu terdapat kutu badan, biasanya dibuang bahkan dibakar. Virus dan bakteri tersebut bisa menyebabkan herpes simplex, genital herpes.Kemudian gatal-gatal pada kulit," katanya.

Dia mengatakan, Kemungkinan seseorang terjangkit penyakit akibat pakaian bekas pun makin terbuka jika orang tersebut kondisi daya tahan tubuhnya sedang lemah. "Sehingga itu tadi, diperlukan kewaspadaan jika ingin membeli pakaian bekas," kata Deni.

Menurut dia, ada sejumlah tips jika memang ingin membeli pakaian bekas impor agar bisa digunakan dan terhindar dari jamur, bakteri, kutu badan dan kutu kelamin yang biasanya menempel pada pakaian tersebut.

Tipsnya adalah yang paling utama pakaian bekas harus dicuci dulu setelah dibeli, lalu direndam dengan air 100 derajat celcius selama lima sampai 10 menit dan dicucinya pun harus terpisah dari baju yang lain.

"Sekali lagi, saya sendiri tidak bisa melarang atau memperbolehkan untuk membeli pakaian bekas. Tapi kalau memang beli, saya sarankan seperti itu," ujar Dendi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement