Kamis 05 Feb 2015 18:46 WIB

Sebut Buya tak Jelas, Jam Terbang Junimart Dianggap Masih Rendah

Jokowi bersama Mahfud MD dan Syafii Maarif, beberapa waktu lalu.
Foto: Regina Sari/Antara
Jokowi bersama Mahfud MD dan Syafii Maarif, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pernyataan anggota DPR dari PDI Perjuangan Junimart Girsang bahwa mantan ketua umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif "tidak jelas" dikecam banyak kalangan.

Mantan direktur eksekutif MAARIF Institute, Raja Juli Antoni, mengatakan sejak awal  diskusi di  internal MAARIF Institute, ketika Buya Syafii Maarif diminta Presiden Joko Widodo untuk mejadi "tim independent" pihaknya mendukung penuh keterlibatan Buya dalam tim ini. Menurutnya, keterlibatan Buya untuk membantu Presiden Jokowo menyesaikan kemelut berlarut-larut akibat ketidakdewasaan berfikir dan kedangkalan moral politikus.

Masalah ini, lanjut Antoni, tidak akan melebar bila Jokowi sejak awal menarik surat pengajuan BG sebagai calon kapolri ke DPR ketika BG ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Konyolnya, kata Antoni, Komisi III DPR malah memutuskan seorang tersangka korupsi  lolos 'fit and proper' sebagai calon kapolri. Selanjutnya, Antoni menegaskan, dengan kedangkalan moral politikus, seorang terangka korupsi malah dianggap layak menjadi kapolri di sidang paripurna DPR.

"Jadi posisi Buya dan anggota 'tim independen' lainnya justru memberikan suntikan moral bagi Presiden Jokowi untuk mempunyai keberanian mengambil keputusan untuk tetap pro pemberantasan korupsi di tengah rongrongan para politisi rendah akal dan moral, seperti Junimart Girsang," kata Toni sapaan akrab Antoni dalam keterangan tertulisnya, Kamis (5/2).

Menurut Antoni, mempertanyakan siapa Buya Syafii Maarif justru memperlihatkan rendahnya jam terbang Junimart Girsang di dunia politik. Antoni menjelaskan, Buya Syafii  adalah bapak bangsa yang masih tersisa setalah tidak ada lagi sosok seperti Gus Dur dan Cak Nur. "Hari Senin tanggal 2 Februari Buya masih diundang Megawati ke Teuku Umar untuk diminta nasehat dan pertimbangannya. Dua jam Buya ngobrol dengan Megawati. Saya berkali-kali menemani Buya Syafii bertemu almarhum Taufiq Kiemas. Kalau ketemu Pak TK  selalu cium tangan Buya. Aneh kalau Junimart tidak mengenal Buya," kata Toni.

Junimart, lanjut Antoni,  semestinya paham bahwa sumber legitimasi politik itu tidak selalu berasal dari aspek legal-formal. Sejarah dunia melahirkan tokoh-tokoh yang tidak mempunyai posisi formal dalam sistem politik tapi justru mempunyai legitimasi politik kuat karena konsistensi pandangan intelektual dan posisi moralnya yang independen dan imparsial.

"Aneh pernyataan Junimart. Bagaimana PDIP yang menjadi oposisi selama 10 tahun melahirkan politisi dangkal seperti Junimart. Jokowi adalah presiden yang diusung PDIP, mestinya PDIP pasang badan  menjaga Jokowi agar menjadi presiden yang pro pemberantasan korupsi. Bukan malah merong-rong presidennya sendiri. Sepuluh tahun menjadi oposisi, membuat PDIP lupa bahwa sekarang mereka adalah partai penguasa,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement