REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Melambatnya pertumbuhan ekonomi dikhawatirkan akan berdampak pada sektor UMKM. Pengamat Ekonomi INDEF Eko Lisyanto mengatakan pertumbuhan kredit UMKM sangat tergantung siklum ekonomi.
Menurut dia, jika pertumbuhan ekonomi melambat, bank akan semakin hati-hati dalam menyalurkan kredit ke sektor UMKM lantaran khawatir kredit macet akan tinggi.
“Jika perlambatan ekonomi, bank pilihannya tidak menggenjot sketor UMKM karna takut NPL (non performance loan) tinggi,” ujar Eko, saat dihubungi, Kamis (5/2).
Menurut dia, masalah di sektor UMKM masih sangat klasik. UMKM terbebani dengan beban yang tinggi. Di sisi lain, keadaan makro ekonomi Indonesia belum memungkinkan untuk diturunkannya suku bunga acuan.
Menurut dia, otoritas perbankan perlu memberikan insentif bagi bank yang menyalurkan kredit ke sektor UMKM agar perlambatan ekonomi tidak berdampak pada pembiayaan di sektor UMKM. UMKM, kata dia merupakan bantalan krisis sehingga perlu terus didorong.
Saat ini, peemrintah tengah berupaya melegalisasi sektor UMKM. Artinya, UMKM yang ada didata dan menjadi bentuk usaha yang formal.
Meskipun telah formal, menurut Eko, UMKM juga harus memiliki track record yang baik agar menarik sektor perbankan. Dia mengatakan tidak semata-mata perbankan akan memberikan kredit kepada UMKM yang telah terdaftar, jika UMKM tersebut belum berpengalaman dalam mengelola usaha dengan baik.
“Bank tidak cukup apakah usahanya sudah legal atau tidak, kalaupun sudah formal tapi belum punya track record, UMKM ini dianggap profil risikonya tinggi yang harus dikompensasi pada bunga,” ujar dia.