Kamis 05 Feb 2015 11:14 WIB

Iklan Malaysia, Yasonna: Itu Merendahkan!

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Winda Destiana Putri
Iklan RoboVac yang menghina PRT dari Indonesia
Foto: Twitter
Iklan RoboVac yang menghina PRT dari Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly menilai iklan sebuah perusahaan swasta di Malaysia yang melecehkan martabat warga Indonesia dinilai sangat merendahkan.

Terlebih lagi, iklan ini muncul menjelang kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Malaysia pada 5-7 Februari 2015.

"Itu kan merendahkan dalam hubungan baik kedua negara. Yang paling parahnya mendekati presiden datang kesana," kata Yasonna di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Kamis (5/2).

Menurutnya, tindakan perusahaan swasta Malaysia tersebut tak patut dilakukan. Ia pun menyerahkan kepada otoritas Malaysia untuk menegur perusahaan tersebut.

"Tapi karena ini dilakukan swasta, saya kira biarlah pemerintah disana yang menegur. Kita melayangkan protes saja pada dia," lanjutnya.

Ia mengatakan tindakan pelecehan ini bukanlah hal yang pertama kali dilakukan, bahkan peristiwa ini sering kali terjadi. Oleh karena itu, Yasonna menyatakan Indonesia harus memprotes keras tindakan yang merendahkan martabat bangsa, sehingga tak terulang kembali.

"Kita harus melakukan protes keras karena merendahkan martabat negeri. Kita sangat tersinggung," tegas Yasonna.

Ia menilai, keberadaan warga Indonesia yang bekerja di Malaysia seperti di perkebunan, pun layak untuk dihargai. Pasalnya, mereka juga turut memberikan sumbangsih dalam membangun perekonomian Malaysia.

"Saya kira saudara kita yang bekerja disana juga memberikan sumbangsih. Kalau saudara kita pergi, ekonomi mereka juga bisa kolaps kok. Kalau memang ada saudara kita jadi pembantu dan di sektor formal, perkebunan. Itu membantu mereka juga. Jadi saling menghargai dong. Kan negara tetangga," ucap Yasonna.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla pun meminta agar pihak perusahaan harus segera meminta maaf kepada Indonesia terkait hal ini. JK mengatakan, pemerintah tengah meminta penjelasan dari perusahaan tersebut atas iklan yang dibuatnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement