REPUBLIKA.CO.ID,
Denpasar Bantah Terjadi Perang Tarif Hotel
DENPASAR -- Sinyalemen terjadinya perang tarif hotel di Denpasar, dibantah Kabag Humas Kota Denpasar Ida Bagus Rahoela.
Kepada ROL, Rabu (4/2), Rahoela mengatakan, memang ada tarif hotel di bawah Rp 500 ribu per malam. Tapi itu sesuai dengan fasilitas yang diberikan.
"Tapi kalau mau cari yang Rp 15 juta per malam juga ada, tapi pangsa pasarnya kan berbeda. Jadi tidak ada perang tarif hotel itu," kata Rahoela di sela-sela pembukaan kegiatan Pameran Lukisan Anak-anak berbahan baku sampah.
Dikatakan Rahoela, wisatawan yang datang ke Bali, khususnya kota Denpasar bermacam-macam. Diakuinya wisatawan dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah yang belakangan lebih banyak datang berkunjung.
"Keperluan akomodasi mereka harus disiapkan. Peluang itu harus ditangkap pengusaha," katanya.
Menurut Rahoela, kalau ada pengusaha yang mengeluhkan tingkat hunian hotel mereka menurun, dikatakan Rahoela bahwa itu tergantung kelas hotelnya. Karena kenyataanya kata Rahoela, banyak hotel yang pada sessi tertentu tingkat huniannya mencapai 100 persen.
Senada dengan Rahoela, Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Drs I Wayan Gunawan mengatakan, Denpasar punya 8.800 kamar hotel, baik berbintang maupun non bintang. Jumlah hunian rata-ratanya mencapai 50-60 persen. Angka itu kata Gunawan, cukup lumayan dan bisa membiayai kegiatan operasional hotel.
"Tapi memang harus diakui, ada hotel yang tingkat huniannya sangat rendah. Itu kan tergantung strategi pemasarannya dan kelas hotelnya," kata Gunawan.
Berdasarkan pemantauan ROL, sejumlah hotel baru dengan kelas melati banyak bermunculan di Denpasar. Dalam kondisi seperti sekarang ini, tigkat huniannya hanya sekitar 10-20 persen saja. Namun menurut karyawan hotel setempat, kalau lagi musim liburan, tingkat hunian bisa mencapai 100 persen.
"Lagi pula kami kan tidak hanya menjual kamar tapi juga ruang pertemuan untuk rapat atau hajatan perkawinan," katanya.
Menurut Rahoela, pengusaha hotel hendaknya tidak jor-joran dalam membangun hotel mewah. Sebaliknya harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan para wisatawan. Belakangan sebutnya, ada kecendrungan bahwa wisatawan yang datang ke Bali, didominasi oleh wisatawan domestik dengan daya beli menengah kebawah.