REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia berharap vaksin untuk penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bisa segera digunakan. Sehingga, angka penyakit yang disebabkan oleh virus dengue itu mampu ditanggulangi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Indonesia, Tjandra Yoga Aditama mengakui, memang setiap tahun seringkali terjadi peningkatan kasus DBD di berbagai daerah.
Namun, pihaknya mengklaim telah memberikan penyuluhan kepada masyarakat sejak akhir tahun 2014 lalu. Selain itu, pihaknya kini tengah meneliti vaksin DBD.
Ia menjelaskan, berdasarkan penelitian vaksin DBD berskala besar yaitu 20.000 subjek dan fase tiga vaksin dengue CYD 15 di lima negara endemis di Amerika Latin dan Karibia didapatkan hasil bahwa bisa mengurangi tingkat perawatan di rumah sakit (RS) karena dengue sampai 80,3 persen. Angka penyakit ini bahkan mampu berkurang sampai 88,5 persen.
"Vaksin CYD15 secara keseluruhan berhasil menurunkan kasus dengue sampai 60,8 persen,” katanya, kepada Republika, di Jakarta, Senin (22/2).
Penelitian dilakukan pada sampel 20.875 anak berusia antara 9-16 tahun. Namun, kata dia, proses penelitian masih terus berlangsung.
Ia memperkiraan hasil riset akan keluar awal tahun ini kemudian vaksin ini baru bisa diproduksi. Pihaknya berharap, vaksin DBD ini dapat ikut membantu pengendalian penyakit ini di dunia.
Ia juga menyebutkan hasil sementara penelitian Efikasi klinis dan profil keamanan vaksin dengue tetravalen pada anak-anak sehat di Asia. Hasil rinci dari fase III studi efikasi vaksin dengue pertama yang dilakukan di lima negara di Asia pada 10.275 anak usia 2–14 tahun.
Secara keseluruhan, kata dia, hasil penelitian menunjukkan efikasi sebesar 56,5 persen terhadap dengue dengan gejala pada anak usia 2 sampai 14 tahun setelah mendapatkan tiga dosis vaksin sesuai jadwal yaitu 0, 6,12 bulan.
Selain itu, analisis menunjukkan penurunan kasus DBD yang parah sebanyak 88,5 persen berdasarkan kriteria organisasi kesehatan dunia (WHO).
"Penelitian ini juga menunjukkan penurunan dalam risiko rawat inap karena dengue sebesar 67 persen," katanya.
Namun, profil keamanan vaksin yang baik yaitu diamati selama 25 bulan periode pengamatan dari studi fase III di Asia. Tentunya yang konsisten dengan profil keamanan yang didokumentasikan dalam penelitian lain seperti fase I, II, IIb.
Kemenkes memastikan akan mengamati hasil penelitian ini sampai selesai nantinya untuk melihat bagaimana sebenarnya kemungkinan penggunaan vaksin DBD di dunia.
"Selain penelitian ini maka ada juga satu penelitian DBD lain dengan vaksin yang berbeda, one shot yang juga akan kita tunggu hasilnya," ujarnya.
Kemenkes Indonesia mencatat selama tahun 2014 sampai pertengahan bulan Desember ini, jumlah kasus penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di 34 provinsi sebesar 71.668 orang. Ironisnya, sebanyak 641 orang di antaranya tidak dapat diselamatkan.