REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG --Pedagang kaki lima (PKL) Dayeuhkolot menolak untuk direlokasi ke Pasar Baleendah. Pasalnya, kondisi pasar dinilai tidak sesuai dengan jumlah PKL yang ada di pasar Dayeuhkolot sekarang.
''Saya yakin kondisinya belum memungkinkan. Kondisi disini, drainase kurang, sampah juga belum dikelola, dishub juga belum selesai rekayasa angkot,'' kata Ketua Asosiasi Pedagang Dayeuhkolot Rudi, Senin (2/1).
Menurut Rudi, persoalan pasar Baleendah sudah lama terjadi. Bahkan, pemerintah terkesan tidak mengurus pasar tersebut. Sebenarnya, lanjut Rudi, para PKL bersedia pindah ke pasar yang baru, asal memang tempat yang baru sudah layak untuk ditempati.
Rudi menolak usulan relokasi sampai pasar tersebut siap untuk digunakan. Lantaran apabila mereka pindah dari tempat yang lama ke tempat yang baru tanpa kepastian, ia mengaku, pedagang akan mengalami kerugian yaang cukup besar.
''Kalau di coba-coba seperti itu, pasti akan terulang kembali. Para pedagang akan balik ke tempat semula. Karena dalam satu bulan saja, mereka bisa rugi hingga Rp 30 juta. Itu hanya untuk makan dan gaji,'' ungkapnya.
Sejak rapat koordinasi antara pemkab Bandung dan para PKL pada 15 Januari lalu diputuskan bahwa dalam waktu dua pekan, para PKL harus segera pindah. Sementara itu, Rudi mengungkapkan bahwa lokasi alternatif lain di kawasan Yon Zipur telah disetujui oleh Bupati Bandung.
''Sudah ada surat resmi dari Bupati kepada Pangdam untuk ke lokasi zipur,'' ungkapnya.
Selain itu, alasan enggannya para PKL untuk pindah ke tempat tersebut adalah, ada beberapa oknum yang telah membayar uang muka untuk mendapatkan kios di pasar tersebut. Sehingga, penentuan lokasi kios rawan kongkalikong.
''Pedagang sudah ada yang DP ke koperasi. Nilainya antara Rp 4 juta sampai Rp 7 juta, ada bukti pembayarannya juga,'' tuturnya.
Sementara itu, Wahyu, pengurus asosiasi PKL pasar Baleendah tidak keberatan para PKL Dayeuhkolot untuk pindah ke pasar Baleendah.
''Kita ikhlas buat menyambut pedagang. Kita bareng-bareng berdagang,'' katanya.