Ahad 01 Feb 2015 08:24 WIB

Kasus Penyakit Kusta di Indramayu Tinggi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Bayu Hermawan
Kusta
Foto: 7amlha.com
Kusta

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Jumlah penderita penyakit kusta di Kabupaten Indramayu masih tinggi. Penyakit itu menimbulkan masalah yang kompleks, baik medis maupun sosial dan ekonomi penderitanya.

Wakil Supervisor Kusta Indramayu, Basudin mengatakan sepanjang Januari - September 2014, di Kabupaten Indramayu terdapat 192 kasus baru (10,9 per 100.000 penduduk), baik tipe kering maupun basah.

Ia memprediksi, jumlah kasus baru pada Oktober - Desember 2014 bertambah 50 kasus. Sedangkan kecacatan tingkat dua pada penderitanya, sepanjang Januari – September 2014, mencapai 23 orang.

''Jumlah kasus kusta di Indramayu ini tertinggi di Jabar,'' ujarnya.

Basudin menjelaskan dari jumlah kasus baru sepanjang Januari – September 2014 tersebut, jumlah terbanyak terjadi di wilayah Puskesmas Lohbener, dengan 15 kasus baru atau 49,1 per 100.000 penduduk.

Setelah itu, Puskesmas Cemara, dengan tujuh kasus baru atau 42,3 per 100.000 penduduk, dan Puskesmas Tambi dengan delapan kasus baru atau 33,2 per 100.000 penduduk.

Ia melanjutkan selain jumlah kasus baru, saat ini jumlah penderita kusta yang sedang dalam masa pengobatan mencapai 276 orang. Masa pengobatan itu bervariasi tergantung tipe kustanya.

Untuk penderita kusta kering (Paucibacillary/PB), masa pengobatan berlangsung selama enam bulan. Sedangkan penderita kusta basah (multi bacillary/MB), masa pengobatannya selama 12 bulan.

Dengan tingginya kasus baru maupun penderita yang masih dalam masa pengobatan, Kabupaten Indramayu tergolong daerah endemik tinggi kusta. Hal itu terlihat dari tingkat prevalensinya yang mencapai 1,6 per 10.000 penduduk.

Ia kembali menjelaskan, tingginya kasus kusta di Kabupaten Indramayu dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya, rendahnya penemuan kasus secara dini. Hal itu terjadi karena penderita terlambat menyadari bahwa dirinya menderita penyakit kusta.

"Masa inkubasi penyakit kusta memang lama, bisa dua sampai lima tahun. Jadi banyak penderita yang tidak menyadari bahwa dirinya mengidap kusta," jelasnya.

Melihat kondisi tersebut, pihaknya gencar melakukan pencarian kasus kusta secara aktif mulai 2010 lalu. Di antaranya melalui pemeriksaan aktif kepada orang yang kontak dengan penderita maupun survei cepat ke masyarakat. Hasilnya, ditemukan banyak penderita kusta sehingga kasus kusta di Kabupaten Indramayu meningkat secara signifikan sejak 2010.

Ia mengatakan faktor lain yang menyebabkan kasus kusta di Kabupaten Indramayu tinggi adalah adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap penderita kusta. Masyarakat menilai, kusta disebabkan oleh hal-hal berbau mistis dan dipastikan akan mengalami kecacatan.

"Dengan adanya stigma itu, penderita merasa malu keluar rumah sehingga tidak mau pergi berobat," katanya.

Menurutnya kondisi tersebut akhirnya akan membuat penderita kusta bertambah parah hingga mengalami kecacatan. Penderita pun akan menularkan penyakitnya kepada keluarganya yang melakukan kontak erat dengannya.

"Penderita kusta seharusnya mendapat pengobatan yang teratur. Obatnya pun tersedia gratis di puskesmas," tegasnya.

Ia menambahkan, tak hanya masalah medis, penyakit kusta juga menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi dari para penderitanya. Hal itu terutama dialami para penderita yang mengalami kecacatan.

Seorang penderita kusta di Kecamatan Lohbener yang tidak mau disebutkan namanya mengakui hal tersebut. Akibat mengalami kecacatan karena kusta, dia jadi sulit mendapatkan pekerjaan.

"Pernah juga mencoba berjualan makanan, tapi tidak laku," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement