Kamis 29 Jan 2015 14:38 WIB

Ini Alasan Cirebon Mengalami Curah Hujan Rendah

Rep: Lilis Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA – Memasuki akhir Januari 2015, curah hujan di wilayah Cirebon, Indramayu dan sekitarnya hingga kini masih rendah. Padahal, seharusnya saat ini sedang memasuki puncak musim hujan.

Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, dalam data klimatologi, seharusnya puncak musim hujan tahun ini terjadi pada akhir Januari hingga Februari. Adapun tingkat curah hujannya seharusnya 400–600 milimeter per bulan.

‘’Tapi tingkat curah hujannya saat ini masih dibawah 300 mm per bulan,’’ ujar pria yang biasa disapa Faiz itu, Kamis (29/1).

Faiz menjelaskan, kondisi itu terjadi akibat adanya daerah tekanan rendah di Samudera Pasifik sebelah timur Indonesia, tepatnya di sebelah timur Papua. Menurutnya, daerah tekanan itu menyebabkan massa udara tertarik menuju wilayah Samudera Pasifik sebelah timur Indonesia tersebut.

Di wilayah Jawa Barat, khususnya Cirebon, Indramayu dan sekitarnya, massa udara yang seharusnya menjadi awan-awan hujan terbawa oleh angin lapisan atas tertarik menuju ke daerah tekanan rendah tersebut. Akibatnya, awan-awan hujan menjadi tidak terbentuk dan jarang terjadi hujan untuk saat ini.

‘’(Kondisi ini) diperkirakan masih akan terjadi dua sampai tiga hari kedepan,’’ terang Faiz.

Namun, tambah Faiz, BMKG akan terus memantau setiap saat. Pasalnya, kondisi atmosfer sangat dinamis perubahannya sehingga bisa berubah setiap saat. Berdasarkan pantauan ROL di wilayah Kabupaten Indramayu, hujan jarang turun sejak pertengahan Januari. Bahkan, suhu  udara pun terasa menyengat sejak pagi hingga sore hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement