REPUBLIKA.CO.ID, PARIAMAN -- Dinas Kesehatan Kota Pariaman, Sumatera Barat mencatat sebanyak 9 orang warga kota itu terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD).
"Hingga akhir Januari 2015 ini ditemukan sebanyak 9 kasus DBD, padahal sebelumnya tidak ditemukan wabah DBD ini menyebar ke Desa Cubadak Air, Kota Pariaman," kata Kepala Dinas Kesehatan Pariaman, Yutriadi Rivai di Pariaman, Rabu (28/1).
Ia menjelaskan, Desa Cubadak Air dua tahun terakhir tidak ditemukan kasus DBD, namun sekarang ditemukan warga terserang penyakit tersebut. "Peningkatan kasus karena belum optimalnya warga dalam pemberantasan sarang nyamuk (PNS) di daerah tersebut," ungkapnya.
Berdasarkan data tersebut, Dinkes Pariaman menyatakan Desa Cubadak Air sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) terjangkit DBD. "Kami telah melakukan pengasapan di daerah tersebut, foging difokuskan untuk membunuh nyamuk dewasa infektif di lokasi terjangkit," jelas Yutriadi Rivai.
Ia mengatakan, guna menghindari KLB, Dinkes berupaya melakukan program seperti sosialisasi, penyuluhan dan imbauan kepada setiap warga. "Dinkes melalui jaringan pelayanan kesehatan, seperti RSUD, Puskesmas, Posyandu terus mensosialisasikan gerakan 3M Plus kepada masyarakat," katanya.
Ia menjelaskan, telah menghimbau kepada warga agar menjaga kebersihan lingkungan dengan cara mengubur, menguras, menutup dan menabur bubuk abate wadah yang dapat menampung air.
"Tujuannya untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti sebagai faktor penularan DBD," ujarnya. Cuaca akhir ini memang tidak menentu, kadang panas, kadang hujan. "Keadaan ini bisa memicu perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegepty sebagai penyebar penyakit BDD," jelasnya.
Sementara itu di tempat terpisah Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Pariaman Satri Harlina menyatakan, dengan meningkatnya curah hujan yang terjadi di wilayah Sumatera Barat, khususnya Kota Pariaman, dinilai perlu mewaspadai dan mengantisipasi gejala penyakit demam berdarah dengue (DBD).
"Apalagi melihat pergerakan cuaca belakang ini kian tidak menentu memicu perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegety sebagagi penyebar penyakit DBD," katanya.
Dia juga menjelaskan, Dinkes telah menyiapkan tim tenaga medis untuk melakukan sosialisasi dan menginvestigasi terhadap desa/kelurahan yang rentan terhadap bahaya dari nyamuk demam beradarah ini.
"Oleh sebab itu, sangat penting sekali tindakan pencegahan mulai dari sekarang. Jika kita terlambat melakukannya, maka puncak penyebaran demam berdarah akan tidak terkendali," ungkapnya.