Ahad 25 Jan 2015 19:46 WIB

Identifikasi Korban Air Asia Semakin Sulit

Rep: Andi Nurroni / Red: Ilham
Sebanyak enam peti jenazah korban pesawat Air Asia QZ 8501 dievakuasi ke Surabaya, Jawa Timur dari posko utama di Lanud TNI AU, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Sabtu (24/1).  (Republika/Rusdy Nurdiansyah)
Sebanyak enam peti jenazah korban pesawat Air Asia QZ 8501 dievakuasi ke Surabaya, Jawa Timur dari posko utama di Lanud TNI AU, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Sabtu (24/1). (Republika/Rusdy Nurdiansyah)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Seiring waktu, proses identifikasi jenazah korban insiden Air Asia QZ 8501 semakin sulit. Hal itu karena kondisi jasad korban yang tak utuh lagi.

Ketua tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur Kombes dr Budiyono menyatakan, metode identifikasi sidik jari dan ciri khas, seperti tanda lahir dan tato, tidak bisa lagi digunakan. Saat ini, kata Budiyono, tim DVI mengandalkan metode pencocokan data gigi dan DNA. Meski begitu, dua metode andalan tersebut juga bukannya tanpa tantangan.  

"Terkadang gigi sudah tidak utuh atau gigi tidak kita temukan," ujar Budiyono dalam jumpa pers di Mapolda Jawa Timur, Ahad (25/1)

Begitupun dengan DNA, Budiyono menuturkan, masih ada sebagian sampel DNA dari keluarga yang tidak sesuai harapan tim DVI. Tim berharap sampel DNA yang diberikan adalah keluarga sedarah vertikal, bisa orang tua atau anak kandung. "Tapi masih ada sampel DNA yang diberikan dari saudara atau orangtua angkat, terutama ketika awal kejadian," kata Budiyono.

 

Untuk kasus satu keluarga yang menjadi korban, Budiyono menyampaikan, tim DVI harus mendapatkan sampel DNA dari barang-barang pribadi, seperti sisir atau sikat gigi yang menyisakan jejak DNA. Sayangnya, tidak semua rumah korban berlokasi di Surabaya, bahkan ada yang di luar Jawa. Hingga kini, kata dia, tim DVI masih kurang 10 sampel DNA. 

Tugas semakin berat mengidentifikasi jenazah, karena tim DVI yang sebagian besar adalah profesional, bekerja bergiliran. Mereka yang berasal dari perguruan tinggi, seperti UI, UGM dan Undip, kata dia, telah kembali ke kampus masing-masing. Begitu juga para dokter forensik dari luar negeri yang telah kembali ke negara masing-masing. "Tapi mereka berjanji, kalau jumlah jenazah banyak, mereka akan datang kembali," ujar Budiyono.

Awalnya ada sebanyak 300 anggota tim DVI. Namun saat ini hanya menyisakan 70 anggota tim dari internal Polri. Hingga hari ke-29 sejak Air Asia hilang, total ada 69 jenazah di RS Bhayangkara Polda Jatim. Dari jumlah tersebut, 52 sudah teridentifikasi dan 17 masih dalam proses identifikasi.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement