REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Provinsi Riau menyatakan dalam 24 jam terakhir titik panas (hotspot) di daratan Provinsi Riau menurun jumlahnya.
"Tadi pagi sekitar pukul 05.00 WIB, hanya ada tiga titik panas di Riau seluruhnya di Kabupaten Bengkalis," kata Analis BMKG Stasiun Pekanbaru Bibin Sulianto lewat sambungan telepon, Sabtu (24/1).
Menurut dia, itu merupakan hasil pendeteksian Satelit Modis menggunakan sensor Terra dan Aqua. Dibandingkan dengan hari sebelumnya, Jumat (23/1) pada waktu yang sama, jumlahnya cenderung menurun.
"Kemarin pukul 05.00 WIB satelit merekam sepuluh titik panas di Riau. Satu titik di Kabupaten Indragiri Hilir dan satu lagi berada di Pelalawan. Sementara di Bengkalis ada delapan titik," katanya.
Kemunculan "hotspot" di berbagai wilayah Provinsi Riau menurut catatan BMKG Stasiun Pekanbaru telah berlangsung sejak dua pekan terakhir. Jumlahnya cenderung meningkat namun menurut analis belum memicu terjadinya kemunculan kabut asap.
"Biasanya asap baru terjadi ketika titik panas mencapai ratusan titik. Saat ini masih kurang dari sepuluh titik setiap harinya," katanya.
Bibin mengatakan, titik panas yang patut diindikasi sebagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan terjadi akibat suhu udara yang panas pada waktu siang.
Hal itu terbukti, kebakaran lahan telah terjadi di beberapa wiayah seperti Kabupaten Bengkalis dan Indragiri Hilir.
Upaya cepat pemerintah daerah dibantu dengan Masyarakat Peduli Api (MPA) juga telah berhasil memadamkan titik kebakaran lahan itu.