REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR—Instruksi Kementerian Perhubungan untuk menurunkan tarif angkutan umum sesuai perhitungan daerah diterapkan Kabupaten Bogor dengan penurunan sebesar 15 persen. Namun, para pengusaha angkutan ternyata belum merealisasikannya.
"Pertama turun 4,5 persen pada 9 Januari saat bahan bakar minyak turun ke angka Rp. 7.600. Kemudian kembali turun per 15 Januari sebesar 10,5 persen. Dengan total keseluruhan 15 persen penurunannya,"kata Kabid Teknik Angkutan dan Terminal DLLAJ Kabupaten Bogor, Dudi Rukmayadi, Kamis (22/1).
Meski demikian, sosialisasi terkait penurunan tarif angkot belum tersebar secara merata. Untuk menghindari adanya kerugian, kata Dudi, sejumlah trayek angkot akan dibagi ke dalam kategori jarak jauh dan pola tarif per titik pusat keramaian.
"Untuk jarak jauh tarif turun sebesar Rp 500. selain itu sistem grade diberlakukan terkait sering naik turunnya harga . Sehingga pola merujuk pada biaya operasional kendaraan, yakni BBM, suku cadang, dan lainnya,"katanya.
Sementara, seorang supir angkot Jurusan Citereup-Pasar Anyar, Juaini (36 tahun) mengaku belum dapat surat edaran mengenai tarif penyesuaian harga BBM. Sehingga, ia kerap kewalahan meladeni penumpang yang kerap membayar tarif sendiri.
"Jadi kacau, kita sih mau nurunin tapi enggak mau rugi. Tapi tetap aja penumpang bayarnya berbeda ada yang Rp 8.000 ada juga Rp 6.000,"ungkapnya.
Juaini mengeluhkan sejak kenaikan harga BBM kemarin berdapak pada naiknya tarif angkot dan menurunnya jumlah penumpang. Ia menduga hal tersebut disebabkan banyak masyarakat yang beralih menggunakan sepeda motor.
Berdasarkan data dariDLLAJ Kabupaten Bogor, jumlah armada angkutan umum yang beroperasi 6.732 unit dan melayani 97 trayek di 40 Kkcamatan di Kabupaten Bogor.