REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG--Setelah sempat dirawat ulang sejak 'diusir' pihak Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM) Bandar Lampung, Winda Sari (25 tahun) mengembuskan nafas terakhirnya. Pasien miskin tak punya rumah itu meninggal dunia, Rabu (21/1) petang.
Jenazah Winda Sari dibawa ke kamar mayat, sebelum dimakamkan. Pasien yang berprofesi pemulung ini, dimandikan dan dikafani, disaksikan langsung direktur dan pejabat RSUAM.
Direktur Utama RSUAM Hery Djoko Subandriyo mengatakan pihaknya membantu proses pengurusan jenazah hingga pemakaman di TPU Jagabaya. "Pemakaman malam hari atas persetujuan pihak keluarga," kata Hery.
Ia belum bisa menjelaskan penyakit yang diderita Winda hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Hery menjanjikan akan menjelaskan kronologis penyakitnya pada Kamis (22/1) ini.
Menurut perawat, sejak siang Winda kesulitan bernafas, lalu dibawa ke ICU dibantu selang oksigen. Winda dirawat dan diawasi langsung empat dokter langsung.
Sebelumnya Winda pernah diperlakukan tidak manusiawi oleh perawat RSUAM. Sejak pertama dirawat di RS milik Pemprov Lampung ini, ia tidak diurus dengan semestinya. Ia diminta meninggalkan ruang perawatannya di Anyelir. Padahal luka di kakinya akibat kecelakaan belum sembuh . Penyakit diabetes yang diderita Winda menghambat penyembuhan.
Namun karena tak punya uang, ia terpaksa keluar. Dengan gerobak pemulung, suami Winda membawanya ke emperan toko di kawasan Gunung Sari. Peristiwa ini menarik perhatian masyarakat Lampung. Winda kemudian dirawat di klinik lain sebelum dilarikan ke RSUAM hingga akhirnya meninggal.