Selasa 20 Jan 2015 15:04 WIB

Diversifikasi Pangan Masih Sulit Dilakukan

Ubi
Foto: pixabay
Ubi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) MS Sembiring mengatakan bahwa diversifikasi pangan lokal masih sulit dilakukan dalam waktu cepat.

"Diversifikasi pangan itu butuh proses, bisa cepat kalau diketahui ada nilai komersialnya," kata MS Sembiring di Jakarta, Selasa.

Menurut Sembiring, untuk mempercepat diversifikasi pangan lokal pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas dan masyarakat juga perlu mendorong hal tersebut.

Sumber karbohidrat yang sudah dikenal sejak dulu, antara lain sagu, talas dan ubi yang dikonsumsi masyarakat Papua dan Maluku, umbi-umbian di Papua dan Jawa, gebang, sorghum/cantel di NTT, sukun dan lainnya. Demikian juga sumber kacang-kacangan, buah dan sayuran lokal.

Juga serealia (padi, jagung, sorghum, hotong, jali, jawawut), ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, sagu, ganyong, garut, gembili, gadung), dan buah (sukun, pisang, labu kuning, buah bakau).

Beberapa jenis umbi-umbian juga bisa bertahan di lahan kering seperti yang digunakan oleh masyarakat NTT pada saat kekeringan terjadi.

Menurut data Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, terdapat 77 jenis karbohidrat yang berpotensi sebagai sumber pangan.

Selama ini masyarakat Indonesia lebih mengenal beras sebagai bahan pangan pokok. "Akibatnya menjadi salah satu negara dengan konsumen beras terbesar di dunia," katanya.

Sementara data SEAMEO BIOTROP pada tahun 2009 memaparkan bahwa lebih dari 800 spesies tumbuhan tumbuh di Indonesia, dengan? 77 jenis karbohidrat, 75 jenis lemak/minyak, 26 kacang-kacangan, 389 buah banyak ditemukan di Indonesia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement