REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam besar Masjid Istiqlal, Ali Mustafa Yakub mengatakan seleksi terhadap khotib masjid perlu dilakukan. Hal ini untuk mendapat kualitas materi khutbah yang baik serta menghindarkan dari materi khutbah yang bersifat profokatif.
"Di Istiqlal itu diseleksi, dilihat betul-betul sesuai kriterianya," ujar Ali Mustafa Yakub kepada Republika, Ahad (18/1) siang.
Menurutnya diantara kriteria khotib yakni harus memiliki suara yang memadai, kemudian isi ceramah harus memiliki kualitas dan sesuai standar khutbah, serta mampu membaca Al Qur'an dengan fasih.
"Lalu prilaku kesehariannya juga harus baik, tidak jelek," katanya.
Ia mencontohkan seleksi khatib di Masjid Istiqlal. Di mana bagi orang yang dinilai memiliki dan memenuhi standar khotib di undang oleh DKM masjid untuk berkhutbah. Kemudian kata Ali Mustofa ada satu tim yang terdiri dari warga masyarakat yang memberi penilaian.
"Karena disiarkan melalui televisi, nanti diawasi sebuah tim bukan dari Istiqlal," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Ali Mustofa respon dari masyarakat pun menjadi penilaian atas layak tidaknya khotib tersebut melanjutkan khutbah di Istqlal kemudian hari. "Tapi kalau masyarakat dan pengurus istiqlal menilainya positif, nanti di daftar sebagai khotib tetap di masjid istiqlal," katanya.
Meski demikian kata Ali Mustofa bila seleksi khatib diwacanakan juga dalam Rancangan Undang-Undang Perlindungan Umat Beragama (RUU PUB) sebagai upaya mencegah khotib yang melakukan ceramah provokatif. Ia mengatakan masyarakat telah dapat menilai hal tersebut.
"Masyarakat pun sudah dapat menilai. Dan kalau khatib mau diseleksi lagi kami sudah melakukannya sejak lama, ini umum disetiap masjid," katanya.