REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Hari Ke 22 tim Disaster Victim Identification (DVI) kesulitan mengidentifikasi enam jenazah korban Air Asia QZ 8501 yang masih di RS Bhayangkara, Surabaya, Polda Jawa Timur. Tim masih harus menggali data DNA korban. Pemeriksaan DNA pun dilakukan secara berulang.
"Memang DNA-nya yang belum cocok, lalu diulang diperiksa lagi," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Awi Setiyono di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Ahad (18/1).
Awi mengatakan kondisi korban sudah sulit dikenali. Pemeriksaan data sidik jari dan gigi belum membuahkan hasil yang signifikan. Para ahli belum mau buru-buru mengungkap identitas jenazah tersebut.
Awi mengatakan, dengan kondisi ini, proses pengungkapan sisa jenazah ini akan mengandalkan data DNA korban. Pasalnya, pengungkapan identitas jenazah perlu data primer salah satunya dari DNA yang akurat.
"Hari ini rapat rekonsiliasi tim DVI sangat alot, walaupun sudah satu jenazah yang sudah teridentifikasi dari data sekunder tapi tim belum berani merilis," kata Awi.
Awi mengatakan satu jenazah tersebut teridentifikasi dari kaos yang dikenakan korban. Kaos tersebut cocok dengan gambar dalam CCTV di Bandara Juanda. Namun karena tim DVI belum mendapatkan data primer identitas jenazah tersebut belum dapat dirilis.
Korban memiliki gigi palsu. Tim DVI saat ini tengah mencari sidik gigi palsu tersebut. Sehingga, Awi menambahkan, ada tim yang sedang melacak dokter atau tukang gigi yang mengganti gigi korban. Sidik gigi dari dokter akan menjadi data ante mortem dan dicocokan dengan data post-mortem tim DVI.