Sabtu 17 Jan 2015 07:36 WIB

Balada Liga Indonesia

Liga Indonesia. Ilustrasi
Foto: .
Liga Indonesia. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi

Twitter: @fernanrahadi

Bukan Liga Indonesia namanya jika tak menyajikan balada. Sudah dua tahun ini, tiap jelang dimulainya Liga Super Indonesia (ISL), rentetan masalah selalu menghinggapi kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air tersebut.

Yang pertama adalah problem pengunduran jadwal kickoff ISL 2015. Kompetisi yang seharusnya dimulai 1 Februari akhirnya mundur menjadi pekan ketiga Februari karena berbagai alasan.

Yang mengherankan, klub-klub peserta menyikapi biasa saja terkait pengunduran tersebut. Menurut mereka hal seperti itu sudah biasa terjadi pada kompetisi Liga Indonesia. Padahal berubah-ubahnya jadwal merupakan cermin rendahnya profesionalisme.

Salah satu alasan yang dikemukakan operator liga, PT Liga Indonesia, adalah tampilnya Persib Bandung pada partai playoff Liga Champions Asia melawan klub Vietnam, Hanoi T&T pada tanggal 10 Februari.

Tahun lalu, PSSI memakai dalih molornya jadwal ISL sebagai penyebab hancur-leburnya timnas senior di Piala AFF 2014. Semoga saja, tahun ini induk organisasi sepak bola Indonesia itu tidak kembali menggunakan alasan yang sama mengingat timnas U-22 akan segera bertanding di kualifikasi Piala Asia U-22.

Sayangnya, tampaknya hal itulah yang akan terjadi. Pelatih timnas U-22, Aji Santoso, sudah mewanti-wanti sejak jauh-jauh hari jika start kompetisi diundur akan berakibat pada keengganan klub-klub melepas para pemainnya untuk bergabung dengan tim nasional.

Masalah kedua adalah proses verifikasi klub-klub ISL yang berlarut-larut. Jika sebelumnya proses ini dijadwalkan selesai 27 Desember 2014 lalu, yang terjadi adalah proses ini belum juga kelar hingga pertengahan Januari ini. Hal ini pula yang menyebabkan start ISL 2015 mundur.

Dalam proses ini pula terjadi hal yang tak lazim ditemui di liga sepak bola manapun di seluruh dunia, yakni pencoretan klub-klub kontestan kompetisi. Tahun ini, dua klub apes tersebut adalah Persik Kediri dan Persiwa Wamena. Keduanya dianggap memiliki kelemahan finansial sehingga divonis tidak bisa berpartisipasi pada ISL tahun ini.

Persik, juara Liga Indonesia 2003 dan 2006, bahkan langsung membubarkan diri beberapa hari setelah keluarnya keputusan tersebut. Sedangkan Persiwa, yang meraih tiket ISL setelah menjadi runner-up Divisi Utama 2014, juga langsung meliburkan para pemainnya.

Kejadian ini mengingatkan pada peristiwa serupa tahun lalu, saat pertama kalinya ISL bergulir usai berakhirnya dualisme kompetisi. Tak tanggung-tanggung saat itu, operator mencoret tiga klub Indonesian Premier League (IPL) yaitu Pro Duta, Persepar Palangkaraya, dan Perseman Manokwari. Alasannya pun sama, yakni persoalan finansial ditambah kurangnya infrastruktur

Seharusnya, permasalahan seperti itu tak perlu berulang jika PSSI mau belajar dari kesalahan yang sudah-sudah. Klub-klub yang memiliki keuangan yang tak sehat serta tak memiliki infrastruktur yang memadai sudah semestinya dicoret jauh-jauh hari sebelum kompetisi baru bergulir.

Sehingga tidak ada ceritanya terdapat 'korban' seperti Persiwa Wamena (tahun ini), dan Pro Duta cs (tahun lalu). Klub-klub itu mendapatkan jatah promosi ke ISL secara sah namun pada akhirnya tetap gagal mengikuti kompetisi karena terkendala keuangan atau infrastruktur.

Persoalan ketiga Liga Indonesia tahun ini adalah yang paling klasik, yaitu penunggakan gaji terhadap para pemain. Masalah ini telah berlangsung bertahun-tahun dan seolah selalu menguap seiring berjalannya waktu. Tahun ini, hampir setengah dari seluruh kontestan ISL 2015 belum melunasi gaji para pemainnya.

Padahal, dampaknya tak main-main mengingat sepak bola telah menjadi mata pencaharian utama para pemain. Kasus meninggalnya pemain Persis Solo, Diego Mendieta, sekitar dua tahun lalu merupakan runutan dari tidak dibayarkannya gaji sang pemain oleh pihak klub.

Ketiga masalah di atas merupakan cermin buruknya manajemen kompetisi Liga Indonesia. PSSI harus segera membenahinya jika tidak ingin prestasi sepak bola Indonesia terus-menerus jalan di tempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement