Rabu 14 Jan 2015 16:55 WIB

‘Jaga Lembur’ Bangun Kesejahteraan Warga

Rep: mj01/ Red: Agus Yulianto
Acil Bimbo
Foto: Antara
Acil Bimbo

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – ‘Bandung Juara’ terus digaungkan sejumlah elemen warga. Salah satunya dilakukan perkumpulan ‘Jaga Lembur’ Kota Bandung.

“Jaga lembur ini dibuat untuk membantu warga Bandung menuju ‘Bandung Juara’,” kata ketua pelaksana kegiatan silaturahim ‘Jaga Lembur’, Anda Ahmad M, dalam kegiatan yang bertemakan ‘Menuju 70 Tahun Medeka 1945-2015 Evaluasi-Intropeksi-Harapan’. Kegiatan ini dihadiri 15 kecamatan se-Kota Bandung., Rabu (14/1).

Anda mengatakan, masih banyak permasalahan yang terjadi di Kota Bandung. Salah satunya komunikasi antara warga Bandung dengan Pemkot Bandung.

Perkumpulan Jaga Lembur, kata dia,menjadi salah satu alternatif di mana warga Bandung bisa berinteraksi langsung dengan pemerintah. “Gunanya agar masyarakat tak hanya komplain, tapi juga bisa mendengarkan langsung penjelasan dari pemerintah,” kata Anda.

Dengan adanya ‘Jaga Lembur’ ini, pihaknya ingin mengubah ‘wajah’ Kota Bandung menjadi lebih baik dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Terutama dalam mengejar target menjadi Bandung Juara Adipura.

“Jaga Lembur ini bisa menimbulkan rasa cinta dan tanggung jawab warga Bandung selaku orang Sunda kepada daerahnya sendiri,” kata Acil Darmawan Hardjakusumah yang lebih dikenal dengan panggilan Acil Bimbo, saat menyampaikan paparannya dalam kegiatan itu.

Ada beberapa hal, menurut Acil, yang harus dibenahi dalam diri warga Bandung. Seperti rasa gotong royong, menjaga lingkungan, dan mental. Menurutnya, hal tersebut masih menjadi permasalahan bila dilihat dari slogan orang Sunda silih asah, silih asih, silih asuh.

“Nilai-nilai tersebut yang mulai terkikis memengaruhi kearifan lokal warga Bandung,” ujarnya. Dia mengatakan, kearifan lokal memiliki dampak pada kesejahteraan warga Bandung.

Menurut Acil, banyak warga Bandung yang masih mengeluh mengenai peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah. Ia menganalogikannya seperti cengek atau cabe rawit.  “Pengennya sekali digigit langsung terasa pedas,” ujarnya.

Kebanyakan warga Bandung ingin langsung merasakan dampak dari peraturan dan janji pemerintah. Acil berpendapat, kebanyakan warga Bandung hanya menginginkannya secara instan, tanpa melakukan proses atau langkah dari peraturan tersebut.

Sekretaris Dinas Sosial Pemerintah Kota Bandung Medi Mahendra mengatakan, cara agar nilai kearifan lokal dalam masyarakat tidak luntur adalah dengan reformasi moral. Reformasi moral dilakukan dengan cara membangun integritas diri sendiri menjadi lebih baik, tak hanya beretorika.

“Semua itu dimulai dari lingkup kecil, yaitu lembur kita sendiri,” ujar Medi. Terkikisnya kearifan lokal warga Bandung berpengaruh terhadap kesejahteraan sosial.

Medi mengungkapkan, 80 persen anak jalanan di Kota Bandung adalah warga asli Bandung. Oleh karena itu, menurut dia, pentingnya warga satu sama lain saling gotong royong, peduli kepada sesama. “Hal tersebut bisa diraih dengan kegiatan Jaga Lembur ini,” katanya.

Dalam pertemuan ini, Medi juga menjelaskan tentang program baru Pemkot Bandung awal 2015 yakni Program Inovasi Pemberdayaan Pembangunan Kewilayahan (PIPPK). Rencananya program ini akan memberikan bantuan kepada tiap Rukun Warga (RW) di Kota Bandung sebesar Rp100 juta. N mj01

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement