Rabu 14 Jan 2015 15:54 WIB

Semakin Sulit, Identifikasi Jenazah Air Asia Andalkan DNA

Rep: c74 / Red: Esthi Maharani
Pemotongan Ekor Pesawat. Petugas memotong badan pesawat Air Asia QZ8510 di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalteng, Senin (12/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Pemotongan Ekor Pesawat. Petugas memotong badan pesawat Air Asia QZ8510 di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalteng, Senin (12/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kabiddokkes Polda Jawa Timur Dr. Budiyono mengatakan hari ke-18 sejak jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 semakin sulit teridentifikasi. Saat ini tim Disaster Victim Identification (DVI) lebih mengandalkan metode DNA dan antropologi forensik.

"Ada jenazah dalam kondisi sudah sangat sulit, sidik jari maupun gigi sudah tidak ditemukan," kata Budiyono dalam konferensi pers di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Rabu (14/1).

Dalam proses identifikasi hari ini pemeriksaan sidik jari dan gigi semakin sulit dilakukan. Meski begitu, Rabu (14/1) ini, tim DVI berhasil mengidentifikasi jenazah berdasarkan tanda lahir dan bra yang digunakan korban. Disebutkan, tim menggunakan metode primer DNA dan metode sekunder antropologi medis dan properti.

Christanto Leoma Hutama salah satu dari dua jenazah yang teridentifikasi hari berdasarkan dari metode antropologi medis. Tim DVI menemukan tanda lahir yang khas di lengan sebelah kanan korban.

Sedangkan Jie Stephanie Gunawan korban yang sudah teridentifikasi lainnya diketahui dari bra yang ia kenakan. Berdasarkan dari paman Stephanie, korban mengkoleksi jenis merek bra tertentu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement