Rabu 14 Jan 2015 15:30 WIB

Tanaman Cabai Diserang Penyakit, Petani Sleman Merugi

Rep: c67/ Red: Karta Raharja Ucu
Pedagang memeriksa cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (6/5).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Pedagang memeriksa cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Petani cabai di Sleman, Yogyakarta mengeluhkan tanamannya yang diserang penyakit yang menyebabkan daun-daun tanaman cabai menguning. Kondisi itu diperparah lantaran para petani tidak mengetahui obat yang ampuh untuk mengatasi penyakit tersebut.

“Kalau sudah kena penyakit kayak gini petani mengeluh,” ujar seorang petani, Pardiono kepada ROL di sela-sela merawat tanamannya di Gondoarum, Wonokerto, Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (14/1).

Ia mengatakan, penyakit yang menyerang daun cabai menyebabkan, buah cabai sendiri tidak bisa berkembang besar. Menurutnya, cabai menjadi berkerut karena penyakit tersebut. Karena itu, dalam mengatasi penyakit yang menyerang tanamannya, ia langsung memotong bagian daun yang terserang.

Namun, kata Pardiono, serangan penyakit yang hampir menyerang seluruh tanaman cabai petani mendapatkan keuntungan. Saat situasi seperti ini, lanjut Pardiono, biasanya harga cabai meningkat tajam.

Selain itu, tingginya harga cabai juga dipengaruhi karena terjadi gagal panen di tingkat petani. Ia mencontohkan, saat ini harga cabai menembus Rp 50 ribu di tingkat petani. “Kalau sekarang lumayan harganya, tapi kan gak tentu bisa berubah-ubah,” katanya.

Keluhan serupa disampaikan Purwadi, petani cabai lainnya di Gondoarum, Wonokerto, Turi, Sleman. Penyakit juga menyerang daun cabai miliknya. Saat ini yang bisa dilakukan Purwadi hanya dengan memotong daun pohon cabai. "Sebab, obat dari toko tidak mempan," ujarnya.

Namun ia bersyukur harga cabai saat ini cukup tinggi. Ia menjelaskan, keuntungan cukup besar diperoleh petani biasanya terjadi saat musim gagal panen atau banyak penyakit yang menyerang tanamannya.

Mengenai masa panen tanaman cabai, Purwadi menjelaskan,ketika tanaman masuk usia sekitar 100 hari. Menurut Purwadi, saat panen satu kali petik bisa mencapai satu kwintal meskipun juga tidak menentu. "Saya bisa sampai 12 kali petik, setelah itu nanam lagi,” katanya, Rabu (14/1).

Dalam satu kali petik, ia hanya mampu meraup Rp 1 juta. Ketika ditanya mengenai kendala yang dihadapi selama ini, menurut Purwadi, membutuhkan sokongan modal. Dengan sokongan modal bisa lebih mengembangkan tanaman cabai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement