Selasa 13 Jan 2015 22:59 WIB

Subsidi Solar Dihapus, Ratusan Kapal Terancam Bangkrut

Rep: Lilis Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
  Nelayan mengisi solar ke dalam jerigen di dermaga kapal ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (6/11).   (Antara/Dedhez Anggara)
Nelayan mengisi solar ke dalam jerigen di dermaga kapal ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (6/11). (Antara/Dedhez Anggara)

REPUBLIKA.CO.ID,  INDRAMAYU – Penghapusan subsidi solar untuk kapal nelayan berukuran 30 GT keatas meresahkan para pemilik kapal dan nelayan yang menjadi anak buah kapalnya (ABK) di Kabupaten Indramayu. Pasalnya, kondisi itu akan membuat ratusan kapal terancam bangkrut dan ribuan nelayan menganggur.

 

‘’Saya sangat menolak kebijakan ini. Hal ini sangat memberatkan nelayan dan pemilik kapal,’’ ujar seorang pemilik kapal, Robani Hendra Permana, Selasa (13/1).

 

Robani mengungkapkan, penghapusan subsidi solar akan membuat harga solar bersifat fluktuatif. Pasalnya, harga solar akan tergantung pada harga minyak mentah dunia.

 

Robani mengatakan, saat ini, harga solar industri sekitar Rp 10 ribu per liter. Jika harga minyak mentah diatas 120 dolar per barel, maka harga solar bisa mencapai Rp 20 ribu per liter.

Sedangkan di sisi lain, harga ikan tidak mengalami kenaikan.‘’Bayangkan kalau harga solar naik menjadi Rp 20 ribu per liter, saya yakin kapal-kapal ukuran 30 GT sampai 50 GT akan bangkrut,’’ kata Robani.

 

Sebagai ilustrasi, terang Robani, kapal ukuran 35 GT membutuhkan solar sepuluh ton. Jika harga solar Rp 20 ribu per liter, maka beban solarnya mencapai Rp 200 juta dan ditambah beban perbekalan Rp 50 juta. Dengan pendapatan/hasil penjualan ikan sekali melaut sekitar Rp 300 juta, maka sisa pendapatan hanya tinggal Rp 50 juta.

 

Robani menyebutkan, di Kabupaten Indramayu, terdapat sekitar 130 buah kapal yang berukuran diatas 30 GT.  Dia menjelaskan, setiap kapal terdiri dari 13 ABK. Dengan demikian, terdapat sedikitnya 1.690 ABK yang terancam menganggur jika kapal-kapal yang menjadi tempat mereka bekerja mengalami kebangkrutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement