REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Penertiban keramba jaring apung (KJA) di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jabar, terkendala cuaca buruk. Mengingat, akhir-akhir ini curah hujan yang turun di wilayah ini cukup tinggi. Akibatnya, penertiban baru dijalankan dua kali. Seharusnya, penertiban gencar dilakukan di awal tahun ini.
Direktur Pengelolaa Air PJT II Jatiluhur Harry M Sungguh, mengatakan, sampai saat ini penertiban baru berjalan dua kali. Dari penertiban tersebut, petugas berhasil mengamankan 54 keramba jaring apung. Keramba yang diamankan, kebanyakan yang sudah tak produktif.
"Sudah kami tarik dan limbahnya disimpan di lahan khusus di bibir waduk," ujar Harry, kepada Republika, Selasa (13/1).
Menurut Harry, penertiban keramba ini terkendala cuaca buruk. Sehingga, hasilnya masih belum optimal. Tetapi, kalau dipaksakan khawatir akan menimbulkan masalah baru. Sebab, menarik keramba yang terbuat dari bambu dan besi ke daratan itu bukan pekerjaan mudah. Perlu timing yang tepat.
Meski demikian, pihaknya tetap optimistis penertiban ini akan berjalan sesuai rencana. Bahkan, rencananya sampai akhir bulan nanti, lebih dari 150 unit keramba akan ditarik ke daratan.
Sebab, penertiban ini harus tetap dijalankan. Sesuai dengan rencana yang telah dibahas oleh pemkab, PJT, serta unsur TNI dan Polri. Bahkan, lanjut Harry, keinginan dari bupati keramba yang ditertibkan lebih dari 23 ribu unit.
Mengingat, sampai saat ini jumlah keramba yang mengapung di atas air Waduk Jatiluhur sudah over load. Serta jumlahnya diperkirakan mencapai 26 ribu unit. "Karena itu, penertiban ini akan dituntaskan. Sampai jumlah keramba sesuai dengan aturan," ujarnya.