Selasa 13 Jan 2015 17:40 WIB

Air Asia: LCC tidak Kurangi Aspek Keselamatan

  Pemotongan Ekor Pesawat. Petugas memotong badan pesawat Air Asia QZ8510 di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalteng, Senin (12/1)
Foto: Republika/ Wihdan
Pemotongan Ekor Pesawat. Petugas memotong badan pesawat Air Asia QZ8510 di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalteng, Senin (12/1)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Direktur Air Asia Sunu Widyatmoko menegaskan pihaknya sebagai penerbangan berbiaya murah (LCC) tidak mengurangi aspek keselamatan penumpang beserta awak pesawat.

Sunu dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR di Jakarta, Selasa (13/1), mengatakan tidak ada perbedaan akan aspek keselamatan antara penerbangan LCC dan "full service".

"Tidak ada bedanya antara 'LCC' dan 'full service', kalau memang harus 'divert' (mengganti arah) karena keadaat darurat ya belok karena itu merupakan kewajiban pilot untuk melakukan tindakan yang benar sesuai kemampuan dan keahlian," katanya.

Dia juga menegaskan bahwa tidak berarti semua penerbangan "full service" bisa terhindar dari kecelakaan jika tidak memperhatikan aspek keselamatan. Pernyataan tersebut menyusul kebijakan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan yang menaikkan tarif batas atas sebesar 10 persen dari 30 persen menjadi 40 persen dari tarif batas atas yang bertujuan meningkatkan keselamatan penumpang.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, sebelumnya mengatakan dengan penaikan tarif tersebut, bisa memberikan stimulus kepada maskapai penerbangan untuk meningkatkan perawatan, gaji pilot dan awak pesawat, dan lainnya.

Sejumlah pihak, salah satunya Kepala Biro Hukum, Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Mohammad Reza menilai tidak ada hubungannya antara penerbangan berbiaya murah dan keselamatan. Menurut Reza, keselamatan harus dijamin dan menjadi faktor utama apapun jenis penerbangannya.

Sunu mengaku setuju apabila sudah merupakan kebijakan pemerintah, namun saat ini dirinya masih berfokus pada evakuasi korban dan pembayaran asuransi serta santunan kepada keluarga korban. Terkait cuaca, Sunu juga membantah tunduhan bahwa pilot AirAsia tidak memiliki laporan cuaca. yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait penerbangan pesawat QZ 8501.

"Laporan cuaca, kita ada 'email' yang secara otomatis kami teruskan kepada pilot kami," kata Sunu saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR di Jakarta, Selasa. Sunu mengatakan pihaknya juga memiliki sistem laporan cuaca melalui surat elektronik, yakni "email blast" yang otomatis memperbarui informasi cuaca setiap enam jam sekali.

"Air Asia memiliki sistem 'email blast' setiap enam jam sesuai waktu, jadi jika ada cuaca buruk bisa terlihat," katanya.

Sunu mengatakan pesawat Airbus A320 juga dilengkapi radar cuaca otomatis yang berada di bagian depan pesawat yang bisa membaca kondisi buruk untuk bisa dihindari. Sayangnya, pesawat nahas itu tidak pernah sampai ke tujuan, Bandara Changi, Singapura karena jatuh di Selat Karimata dalam perjalanan pada 28 Desember 2014 lalu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement