Selasa 13 Jan 2015 16:55 WIB

Kekerasan Terhadap Anak Paling Banyak Terjadi di Medan

Stop kekerasan anak (ilustrasi).
Foto: Republika/ Wihdan
Stop kekerasan anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Pusat Kajian dan Perlindungan Anak mencatat bahwa Kota Medan merupakan daerah yang paling banyak terjadi berbagai tindakan kekerasan terhadap anak pada tahun 2014.

Direktur Eksekutif Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Misran Lubis di Medan, Selasa (13/1), mengatakan, dari pendataan kasus pada 2014, pihaknya mencatat terjadinya 38 kasus kekerasan terhadap anak atau 40 persen dari 95 kasus yang ditemukan pada 2014.

Jika mengacu pada teori "gunung es", kemungkinan besar jumlah kekerasan terhadap anak di Kota Medan tersebut diperkirakan lebih besar.

Kemudian, jika dilihat secara kewilayahan, kekerasan juga banyak terjadi di Kepulauan Nias yakni 36 persen dengan perincian di Kota Gunung Sitoli 18 persen, Kabupaten Nias 7 persen, Nias Utara 2 persen, Nias Selatan 7 persen, dan Nias Barat 2 persen,

Sedangkan di daerah lain, yakni Kabupaten Deli Serdang 9 persen, Labuhan Batu 2 persen, Asahan 3 persen, Karo 1 persen, Kota Tanjung Balai 1 persen, Pematang Siantar 3 persen, dan Binjai 3 persen.

Jenis kekerasan terhadap anak itu cukup beragam seperti kekerasan seksual (37 kasus), kekerasan pisik dan pembunuhan (21 kasus), perdagangan anak untuk prostitusi dan pembantu rumah tangga (9 kasus), penelantaran anak (13 kasus), serta dilibatkan dalam penjambretan dan perjudian (12 kasus).

Dengan kondisi itu, tidak mengherankan jika Sumut, terutama Kota Medan masih belum dapat disebut sebagai kota "Layak Anak".

Ia menambahkan, keprihatian dan kekhawatiran tentang kerawanan anak-anak menjadi korban kekerasan juga dapat dilihat dari hasil penelitian "Child Protection Network" dibawah supervisi Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak Medan pada Mei-Juni 2014.

Dari penelitian di sejumlah sekolah di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Tebing, tercatat 88 dari 100 anak tingkat SD dan SMP pernah mengalami kekerasan secara pisik dan psikis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement