Selasa 13 Jan 2015 07:20 WIB

Peredaran Uang Palsu Meningkat

Uang Palsu
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Uang Palsu

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Peredaran uang palsu di Malang, Jawa Timur mengalami peningkatan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Jatim menyatakan peredaran uang palsu itu meningkat sekitar 21,09 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kepala Unit Operasional Kas BI Malang Prihatin Sudi Utomo mengatakan, pada 2013 peredaran uang palsu yang berhasil dikumpulkan sebanyak 5.539 lembar. Sementara pada 2014 sebanyak 6.707 lembar atau meningkat sekitar 21,09 persen.

"Meningkatnya peredaran uang palsu di wilayah kerja BI Malang ini dikarenakan Malang adalah salah satu daerah tujuan wisata, bahkan menjadi pusat perekonomian di Jatim, setelah Surabaya," katanya di Malang, Selasa (13/1).

Jika di wilayah Malang raya, peredaran uang palsu meningkat, di daerah lain justru mengalami penurunan. Sebagai daerah pusat perekonomian dan tujuan wisata, kemungkinan Malang menjadi salah satu kota yang dibidik para pengedar uang palsu.

Prihatin mengemukakan uang palsu yang banyak beredar adalah pecahan Rp 100 ribu dengan jumlah 5.190 lembar atau 77,8 persen. Selanjutnya adalah pecahan Rp 50 ribu sebanyak 1.451 lembar atau 21,63 persen, pecahan Rp 20 ribu sebanyak 30 lembar, pecahan Rp 10 ribu sebanyak 18 lembar, pecahan Rp 5 ribu sebanyak 17 lembar, dan pecahan Rp 2 ribu satu lembar.

Ia berpendapat, dominannya uang palsu yang beredar dengan nominal Rp 100 ribu karena dianggap paling menguntungkan dibandingkan dengan nominal lainnya.

Uang palsu yang masuk ke BI, kata dia, sebagian besar dari perbankan.

Menyikapi temuan tersebut, BI melakukan telaah untuk membuktikan apakah uang tersebut palsu atau tidak.

Jika uang yang terkumpul memang palsu, BI koordinasi dengan kepolisian untuk memberi tanda pada uang palsu dan selanjutnya dilakukan pemusnahan. Guna meminimalisasi peredaran palsu pada masa mendatang, BI Malang yang membawahi wilayah Malang Raya, Pasuruan, dan Probolinggo itu, gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan bagaimana membedakan uang asli dan uang palsu dengan memahami ciri-cirinya.

"Kita upayakan sosialisasi ini secara intensif, tidak saja bagi kalangan masyarakat biasa (normal), tapi juga bagi saudara kita yang berkebutuhan khusus, termasuk penyandang tuna netra," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement