Senin 12 Jan 2015 14:24 WIB

Banyak Negara Terlibat dalam Investigasi Air Asia QZ8501, Mengapa?

Rep: c85/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas memindahkan ekor pesawat Air Asia QZ8501 dari kapal Crest Onyx di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalteng, Ahad (11/1). (Republika/Wihdan)
Petugas memindahkan ekor pesawat Air Asia QZ8501 dari kapal Crest Onyx di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalteng, Ahad (11/1). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN-- Sejumlah negara selama ini ikut terlibat dalam proses evakuasi dan pencarian korban serta kerangka pesawat Air Asia QZ8501. Tercatat, negara seperti Rusia, AS, Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, serta Prancis ikut membantu dalam proses evakuasi serta investigasi.

Kepala Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, mengungkapkan banyaknya negara yang ikut membantu karena memang ada kewajiban bagi beberapa negara yang memang terlibat dalam kecelakaan Air Asia ini.

Tatang menjelaskan, negara yang wajib membantu terbagi ke dalam enam kategori. Pertama adalah negara yang mendesain pesawat, dalam hal ini adalah Perancis tempat markas Airbus berada. Kedua adalah negara yang membuat pesawat, juga Prancis.

Lalu, ketiga adalah negara yang melakukan registrasi pesawat, dalam hal ini Indonesia sendiri. Kemudian, keempat adalah negara yang menjadi operator, dalam hal ini AirAsia Indonesia ada di Indonesia. Kelima adalah negara yang menjadi lokasi kejadian, yakni Indonesia.

Kemudian terakhir adalah negara-negara yang warga negaranya menjadi korban, beberapa di antaranya Singapura, Korea Selatan, Prancis, dan lainnya. "Jadi kalau di sini banyak orang asing wajar," jelas Tatang.

Selain itu, negara seperti AS yang memiliki informasi tambahan dan teknologi juga diperbolehkan untuk terlibat. Tatang juga menambahkan, jalur transportasi udara dan laut adalah jalur borderless alias tanpa batas.

Artinya, ketika memasuki perbatasan negara, penumpang tidak perlu melakukan registrasi, tidak seperti jalur darat yang sarat penjagaan. Untuk itu, jalur udara dan laut menjadi sebuah sorotan internasional dan diatur dalam perundang-undangan internasional.

"Jadi jangan malu kalau banyak negara yang terlibat. Bukan karena kita tak mampu," lanjut Tatang.

Hingga Senin (12/2), masih 48 jenazah yang telah dievakuasi. Sementara Flight Data Recorder juga telah dievakuasi. Sedangkan sinyal ping Cockpit Voice Recorder juga telah dideteksi pada jarak 20 km dari FDR.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement