Senin 12 Jan 2015 12:45 WIB

Menristek: Riset di Indonesia Hanya Sampai pada Publikasi dan Prototipe

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.
Foto: Antara
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir mengatakan, selama ini riset yang dilakukan para peneliti hanya berdasarkan keinginan peneliti itu sendiri. Ini artinya riset hanya berhenti pada publikasi dan sampai prototipe saja.

"Riset yang hanya dilakukan karena keinginan peneliti hanya berhenti dipublikasi. Sebab riset yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, pola ini harus diubah," kata Nasir saat meninjau perusahaan bibit PT Sang Hyang Seri di Subang, Senin, (12/1).

Seharusnya, ujar dia, peneliti maupun universitas saat harus melakukan research by demand atau riset berdasarkan kebutuhan dunia usaha. Jadi mereka melakukan riset yang bisa dimanfaatkan dan diaplikasikan oleh dunia usaha agara hasil riset tidak hanya menumpuk di perpustakaan saja.

Di negara-negara maju riset menjadi daya dorong perubahan ekonomi. Sebagai contoh, semua produk industri di Amerika diproduksi berdasarkan hasil riset universitas-universitasnya.

"Makanya di Amerika penelitian bisa berkembang pesat sejalan dengan perkembangan industri. Riset dilakukan berdasarkan kebutuhan dunia usaha dan masyarakat," kata Nasir.

Kemenristek Dikti, ujar dia, sudah mulai melakukan penelitian berdasarkan kebutuhan dunia usaha melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Hasil riset BATAN yang sudah dimanfaatkan para petani antara lain padi Sidenuk yang berpotensi menghasilkan sembilan ton padi dalam satu hektar.

Meskipun dalam kenyataannya, saat padi Sidenuk ditanam hanya mampu menghasilkan 7 sampai 7,5 ton padi per hektar. Makanya Kemenristek mendorong agar BATAN melakukan riset mengapa produksi Sidenuk tidak sampai maksimal.

"Ini baru menghasilkan 80 persen produksi. Terjadi penyimpangan 20 persen, penyebabnya apa harus diteliti,"kata Nasir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement