REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno meninjau kualitas beras miskin (raskin) di salah satu gudang Perum Bulog Divisi Regional Jawa Timur di Buduran, Sidoarjo.
"Kunjungan kami ini untuk melihat langsung bagaimana kondisi raskin yang ada. Penyebabnya kualitas beras raskin sering dinilai rendah," kata Rini, ditemui di Unit Pengolahan Gabah Beras (UPGB) Buduran, di Sidoarjo, Sabtu (10/1).
Sementara, ungkap dia, permasalahan kualitas beras miskin tidak lepas dari cara penyimpanan komoditas tersebut. Untuk menyiasati agar beras miskin tetap diminati masyarakat dalam waktu dekat pemerintah menyiapkan program komprehensif.
"Salah satunya terkait penyimpanan beras di gudang hingga diterima oleh masyarakat," katanya.
Pada kesempatan itu, Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jatim, Witono, menyatakan sampai saat ini di wilayah kerjanya ada sebanyak 22 unit UPGB. Beberapa di antaranya UPGB Buduran Subdivre Surabaya Utara, UPGB Tunggorono Subdivre Surabaya Selatan, dan UPGB Gunung Gedangan Subdivre Surabaya Selatan.
"Kemudian UPGB Sukorejo Subdivre Bojonegoro, UPGB Kalitidu Subdivre Bojonegoro, UPGB Jeruk Gulung Subdivre Madiun, UPGB Ngawi Subdivre Madiun, UPGB Candirejo Subdivre Kediri, UPGB Paron Subdivre Kediri, UPGB Kembang Subdivre Bondowoso, UPGB Arjasa Subdivre Bondowoso," katanya.
Di samping itu, tambah dia, ada pula UPGB Kebon Agung Subdivre Malang, UPGB Sumber Suko Subdivre Probolinggo, UPGB Klaseman Subdivre Probolinggo. Kemudian, UPGB Wonosobo Subdivre Banyuwangi, UPGB Kalipuro Subdivre Banyuwangi, UPGB Pucunglor Subdivre Tulungagung, UPGB Pecoro Subdivre Jember, dan UPGB Pamekasan Subdivre Madura.
"Berikutnya UPGB Gulun Subdivre Ponorogo, UPGB Ngrupit Subdivre Ponorogo, UPGB Pacitan Subdivre Ponorogo," katanya.
Di sisi lain, sebut dia, Bulog Divre Jatim juga berupaya menekan kenaikan harga beras di Jatim sejak akhir tahun 2014 hingga awal tahun 2015 dengan memperpanjang jadwal operasi pasar (OP) Bantuan Ongkos Angkut (BOA). Khususnya komoditas beras hingga Januari 2015.
"Faktor penyebabnya, kami perkirakan harga beras di sejumlah daerah masih tinggi pada awal tahun ini," katanya.
Apalagi, lanjut dia, masa tanam padi sempat mundur menjadi November 2014 karena hujan baru turun pada saat itu. Akibat mundurnya masa tanam, masa panen terealisasi pada bulan Maret 2015. Oleh sebab itu, operasi pasar terutama beras harus terus dilaksanakan supaya masyarakat tetap bisa membeli komoditas tersebut dengan harga terjangkau.
"Terkait pengadaan beras di Jatim, pada tahun 2015 kami yakin bisa mencatatkan 1,1 juta ton atau sama dengan kondisi pengadaan beras tahun 2014. Namun, sampai sekarang stok kami sudah terealisasi 800.000 ton," katanya.