Sabtu 10 Jan 2015 15:59 WIB

Wanita Tangguh yang Ikut Menyelam Mencari Puing Pesawat

Tanty Surya Reinhart Thamrin.
Tanty Surya Reinhart Thamrin.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Sapto AC

Pencarian badan pesawat memasuki hari ke-14. Tim SAR gabungan terus berlomba dengan waktu. Selain karena jasad korban akan semakin buruk kondisinya, pemancar sinyal dari kotak hitam juga hanya bertahan 30 hari setelah masuk ke dalam air. Sekiatr 16 tersisa menjadi sebuah harapan besar bagi keluarga korban dan bangsa Indonesia yang bisa belajar dari insiden ini.

Sabtu (10/1) siang, satu tim penyelam tambahan dari Basarnas tiba di Lapangan Udara Iskandar, Pangkalan Bun. Sepuluh penyelam yang tergabung dalam Indonesian Divers ini terdiri dari berbagai profesi. Ada pengusaha, fotografer, atau aktivis kebencanaan. Semuanya terpanggil atas nama kemanusiaan.

Di antara wajah-wajah bersemangat yang turun dari pesawat CN-295, ada satu sosok yang menarik perhatian. Wanita itu berjalan gagah di antara para pria yang mengenakan kostum oranye. Rambut sebahunya dibiarkan terurai, tangan kanannya menenteng tabung udara. Dia turut membantu memindahkan perlengkapan selam dari pesawat.

Dialah Tanty Surya Reinhart Thamrin, wanita kelahiran 40 tahun silam yang kini tergabung dalam tim penyelam untuk evakuasi korban dan badan pesawat AirAsia QZ8501. Tanti menjadi satu-satunya instruktur selam wanita yang turut ambil andil dalam operasi evakuasi ini.

Tanti adalah seorang Conflict and Disaster Risk Reduction Specialist yang memiliki kemampuan selam deepwater atau penyelaman dengan kedalaman lebih dari 24 meter. Titel inilah yang harus dimiliki oleh serang penyelam untuk bisa terlibat dalam sebuah operasi pencarian korban di kerangka pesawat.

Sebagai seorang instruktur selam, Tanti menjadi segelintir instruktur selam wanita yang ada di Indonesia. Tanti bahkan menjadi penyelam wanita pertama yang terlibat dalam operasi evakuasi korban kecelakaan pesawat di dasar air.

"Instruktur selam wanita memang bisa dihitung dengan jari. Namun tidak ada perbedan perlakuan antara saya dan penyelam pria lainnya," ujar Tanti kepada Republika, Sabtu (10/1).

Tanti mengungkapkan, sebagai penyelam wanita yang ikut turun ke bawah, dia akan ikut membantu evakuasi korban yang masih terperangkap di dalam badan pesawat. Dalam melakukan penyelaman, dia menjelaskan, penyelam harus disesuaikan dengan kualifikasi yang ada. "Untuk hadapi kuat arus misalnya, lu punya ga kualifikasi menyelam di daerah situ," ujarnya.

Seperti diketahui, kondisi bawah laut di lokasi penemuan ekor dan beberapa obyek yang diduga badan pesawat masih sulit untuk dicapai. Gelobang tinggi dan jarak pandang yg nyaris nol meter menjadi hambatan yang besar.

Untuk itu, dalam menuju lokasi, Tanti berujar bahwa tim penyelam akan memanfaatkan arus bawah laut. Artinya, tim akan terjun di lokasi beberapa puluh meter sebelum puing dan menuju ke bawah dengan memanfaatkan kuat arus.

Tanti mengaku siap untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada di bawah air. Termasuk bila dia harus berhadapan dengan jenazah yng telah mengalami pembusukan. "Saya sudah biasa sebelumnya mengevakuasi korban bencana. Namun baru sekali ini evakuasi jasad dari bawah laut," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement