REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengatakan Sukabumi memerlukan sejumlah alat deteksi dini bencana longsor atau "early warning system".
"Alat ini sangat dibutuhkan untuk dipasang di beberapa lokasi rawan bencana tanah longsor. Diharapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bisa segera memberikan keputusan terkait permohonan bantuan alat itu," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Sukabumi Irwan Fajar kepada Antara di Sukabumi, Jumat (9/1).
Menurutnya, dari hasil pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor seluruh kecamatan atau sebanyak 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi merupakan daerah rawan, apalagi dengan curah hujan yang tinggi, seperti sekarang ini potensi terjadinya bencana tersebut cukup tinggi. Karena sepanjang tahun pun kerap terjadi longsor bahkan saat musim kemarau.
Diharapkan dengan adanya alat deteksi dini bencana tanah longsor ini bisa mengurangi atau meminimalisasi dampak dari bencana itu, seperti mencegah timbulnya korban jiwa.
Selama ini, bencana tanah longsor kerap menyebabkan jatuhnya korban jiwa, seperti kejadian terakhir yang terjadi di Kecamatan Sukaraja, yakni satu orang balita meninggal dunia tertimbun longsor. tuturnya.
"Informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) cuaca buruk akan terjadi hingga akhir Januari ini, maka dari itu selama cuaca masih buruk longsor selalu mengintai warga," tambahnya.
Selama ini, langkah yang dilakukan oleh pihaknya untuk mengantisipasi terjadinya longsor selain melalui sosialisasi dan memasang bronjong kawat, juga melakukan pemetaan melalui penelitian yang dibantu oleh badan geologi. Ternyata cukup mencengangkan hasil, 33 kecamatan masuk dalam zona paling rawan bencana tanah longsor.
"Kami juga kerap melakukan imbauan kepada warga untuk selalu waspada jika terjadi turun hujan deras. Dan jika melihat atau mengetahui adanya potensi bencana untuk segera menindaklanjuti dengan mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman," kata Irwan.